by

Maulid Nabi Muhammad SAW Dan Kelahiran Peradaban Baru

Oleh: Mustafa*)

Bulan Rabiul Awwal telah menghampiri kita. Bulan di dalamnya terdapat suatu peristiwa yang menakjubkan seluruh penduduk bumi dengan lahir seorang manusia agung dan mulia Nabi Muhammad SAW.

Kelahiran Nabi Muhammad SAW atau dikenal dengan maulid Nabi Muhammad SAW. yang banyak diselenggarakan oleh umat muslim diberbagai tempat, khususnya di tanah air. Peringatan hari kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW sebagai momentum mengenal kepribadiaanya.

Namun, tanpa mengurangi sikap pengagungan terhadap Nabi Muhammad SAW. sebab kelahiran manusia, termasuk kelahiran Nabi Muhammad SAW. sebetulnya merupakan perkara yang biasa saja. Bagaimana tidak? Setiap hari, setiap jam, bahkan setiap menit dunia ini tidak henti-hentinya menyambut kelahiran bayi-bayi manusia yang baru. Bahkan penduduk bumi yang hidup di dunia ini telah dihuni ratusan ribu bahkan miliaran jiwa manusia.

Semua kita memaklumi bahwa lahirnya manusia-manusia di bumi, secara fisik atau jasmani tidak ada yang istimewa. Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW sebagai manusia biasa dari keluarga dan keturunan suku Arab. Allah SWT berfirman, “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu…”. (QS Fussilat/41: 6).

Mengapa setiap tahun umat muslim memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.? Karena dengan memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. untuk meneladani sifat mulia dan kesempurnaan (insan Kamil). Sebagai nabi dan rasul yang telah diberi wahyu juga pembawa risalah kenabian sekaligus menjadi saksi (syahidan); pemberi kabar gembira (mubasyyiran); memberi peringatan (naziran); penyeru kepada agama Allah SWT (daiyan ilallah); cahaya yang menerangi (sirajan munira) serta penebar rahmat bagi seluruh alam. (Baca. QS. Al-Ahzab/33: 45-46). Menurut Al-‘Allamah Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki, “Andai tak ada kelahiran Nabi SAW, tentu tak akan pernah ada hijrah. Andai tak ada kelahiran Nabi SAW, tentu tak akan ada perang badar. Andai tak ada kelahiran Nabi SAW, tentu tak akan ada penaklukan Kota Makkah. Andai tak ada kelahiran Nabi SAW, tentu tak akan pernah ada umat Islam. Andai tak ada kelahiran Nabi SAW, tentu tak akan pernah ada dunia ini.”

Dengan demikian peringatan kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW. tidak lain merupakan sebuah sikap pengagungan dan penghormatan (ta‘zhiman wa takriman) terhadap beliau dalam kapasitasnya sebagai nabi dan rasul, pembawa risalah sekaligus penebar rahmat bagi seluruh alam.

Itulah yang menjadikan beliau sangat istimewa dan manusia sempurna dibandingkan dengan manusia-manusia yang lain. Keistimewaan dan kesempurnaan beliau tidak lain karena beliau diberi wahyu oleh Allah SWT, yang tidak diberikan kepada kebanyakan manusia lainnya. Allah SWT berfirman, “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu, tetaplah (dalam beribadah) dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Celakalah orang-orang yang mempersekutukan-Nya”. (QS. Fussilat/41: 6).

Makna Kelahiran Muhammad SAW.

Kelahiran Muhammad SAW. tentu tidaklah bermakna apa-apa seandainya beliau tidak diangkat sebagai nabi dan rasul Allah, yang bertugas untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada umat manusia agar mau diatur dengan syariah-Nya.

Karena itu peringatan kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW. pun tidak akan bermakna apa-apa selain sebagai aktivitas ritual dan rutinitas belaka jika umat muslim tidak mau diatur oleh syariah-Nya. Padahal Allah SWT telah berfirman. “…Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah. Apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah. Bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya”. (QS. Al-Ḥasyr/59:7).

Keagungan Nabi Muhammad SAW. dan penghormatan itu diekspresikan melalui peringatan kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW. yang merupakan perwujudan kecintaan kepada Allah, karena Nabi Muhammad SAW. adalah kekasih-Nya.

Dengan kenyataan itu pula, maka umat muslim wajib mengimani dan mengikuti sekaligus meneladani Nabi Muhammad SAW. seluruh aspek kehidupannya, bukan sekadar dalam aspek ibadah ritual dan akhlaknya saja. Allah SWT berfirman. ” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu…”. (QS. Ali Imran/3: 31).

Dalam ayat di atas, frasa fattabi‘uni (ikutilah aku) bermakna umum, karena memang tidak ada indikasi adanya pengkhususan (takhshish), pembatasan (taqyid), atau penekanan (tahsyir) hanya pada aspek-aspek tertentu yang dipraktikkan Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman. “Sesungguhnya engkau berada di atas khuluq yang agung (QS. Al-Qalam/68: 4).

Di dalam tafsir Imam Jalalin, menyatakan bahwa kata “khuluq” dalam ayat di atas bermakna “din” (agama, jalan hidup) (Lihat: Jalalain, Tafsîr Jalalain: 1/758).

Dengan demikian ayat di atas bisa diartikan “Sesungguhnya engkau berada di atas agama atau jalan hidup yang agung”.

Kemudian ditegaskan oleh Imam Ibn Katsir, dengan mengutip pendapat Ibn Abbas, ayat itu bermakna, “Sesungguhnya engkau berada di atas agama atau jalan hidup yang agung, yakni Islam (Lihat: Ibn Katsir, Tafsir Ibn Katsir, 4/403).

Ibn Katsir lalu mengaitkan ayat ini dengan sebuah hadits yang meriwayatkan bahwa Aisyah istri Nabi Muhammad SAW. pernah ditanya oleh Sa’ad bin Hisyam mengenai akhlak Nabi saw. Aisyah lalu menjawab; “Sesungguhnya akhlaknya adalah al-Quran” (HR Ahmad).

Dengan demikian berdasarkan ayat al-Quran dan penuturan Aisyah dalam hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa meneladani Nabi Muhammad SAW. hakikatnya adalah dengan cara mengamalkan seluruh isi al-Quran, yang tidak hanya sekedar melaksanakan ibadah ritual dan akhlak saja, tetapi meneladani seluruh ibadah dan akhlak yang dicontohkan melalui keperibadiannya, sebab Nabi Muhammad SAW. adalah kesempurnaan ciptaan Allah SWT.

Hendaknya umat muslim dituntut sebagai suatu keyakinan untuk mengikuti dan meneladani Nabi Muhammad SAW. seluruh perilakunya, mulai dari akidah dan ibadah. Akhlak berbicara, makan dan minum serta berpakaian, hingga ibadah muamalah yang dilakukannya seperti dalam bidang ekonomi, sosial, politik, pendidikan, hukum, dan pemerintahan.

Kehadiran Nabi Muhammad SAW. tidak hanya mengajarkan bagaimana mengucapkan syahadat serta melaksanakan shalat, puasa, zakat, dan haji secara benar, tetapi juga mengajarkan bagaimana mencari nafkah, melakukan transaksi ekonomi, menjalani kehidupan sosial, menjalankan pendidikan, melaksanakan aktivitas politik (pengaturan masyarakat), menerapkan sanksi-sanksi hukum (‘uqubat) bagi pelaku kriminal, dan mengatur pemerintahan. Sehinga melahirkan peradaban baru dan masyarakat berkeadaban secara benar.

Kelahiran Peradaban Baru

Sebagaimana diketahui, masa sebelum Islam adalah masa kegelapan, dan masyarakat sebelum Islam adalah masyarakat Jahiliah. Akan tetapi, sejak kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW. kemudian diangkat oleh Allah sebagai nabi dan rasul pembawa risalah Islam ke tengah-tengah masyarakat di Jazirah Arab dalam kurun waktu hanya 23 tahun. Masa kegelapan itu berakhir, kemudian Allah SWT. ganti dengan kehadiran cahaya (nur). Masyarakat Jahiliah terkubur digantikan dengan lahirnya peradaban baru (masyarakat Muslim)

Sejak itu, Nabi Muhammad SAW. adalah pemimpin, tidak hanya memimpin dalam keluarga beliau, tetapi pemimpin di pemerintahan, bahkan pemimpin seluruh umat muslim di dunia.

Karena itu, makna terpenting dari peringatan kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW. adalah merubah masyarakat jahiliah menjadi masyarakat muslim yang memiliki tatanan kehidupan diatur seluruhnya oleh aturan-aturan untuk keselamatan.

Dengan demikian peringatan kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW. sejatinya momentum ini menjadikan umat muslim saat ini untuk terus berusaha melahirkan peradaban baru. Tentu peradaban itu hanya bisa terbentuk melalui lembaga pendidikan. Pada masa Nabi Muhammad SAW yang menjadi sarana pendidikan untuk para sahabatnya. Pada masa itu terdapat lembaga sebagai pusat pendidikan. Lembaga tersebut belum seperti lembaga pendidikan formal saat ini, namun pendidikan pada masa itu memiliki andil besar dalam membentuk peradaban.

Hal ini terlihat dari kemampuan sahabat nabi yang luar biasa. Misalnya, Umar bin Khattab sebagai ahli hukum dan pemerintahan, Abu Hurairah sebagai ahli hadits, Salman al-Farisi sebagai ahli perbandingan agama Majusi, Nasrani, dan Islam; dan Ali bin Abi Thalib sebagai ahli hukum dan tafsir al-Quran.

Lembaga pendidikan pada masa Nabi Muhammad SAW itu. Pertama, Dar al-Arqam. Rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam al-Makhzumi merupakan tempat pertama berkumpulnya para sahabat nabi untuk belajar Islam. Rumah tersebut sebagai lembaga pendidikan Islam pertama dengan pendidik pertama dan utamanya Nabi Muhammad SAW. sendiri. Beliau mengajarkan wahyu yang diterimanya kepada para sahabatnya. Nabi membimbing sahabatnya untuk menghafal, menghayati dan mengamalkan ayat suci yang diturunkan.

Di antara murid Nabi itu ialah Khadijah binti Khuwailid (istri Nabi) dari golongan wanita, Ali bin Abi Thalib (anak paman Nabi) dari golongan pemuda, Zaid bin Haritsah (budak Nabi yang kemudian menjadi anak angkatnya), Abu Bakar As-Shidiq (sahabat dekat Nabi). Melalui Abu Bakar, banyak orang yang memeluk Islam dan ikut dalam pendidikan Nabi Muhammad SAW, di antaranya Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Arqam bin Abil Arqam, dan Fathimah bin Khaththab beserta suaminya Said bin Zaid.

Pada saat itu para sahabat yang mendapatkan gemblengan secara langsung di lembaga pendidikan (al-Arqam) terdiri dari golongan bangsawan, pedagang, dan hamba sahaya. Pemilihan rumah al-Arqam sebagai pusat pendidikan, setidaknya ada beberapa alasan, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Munir al-Ghadban dalam kitabnya Manhaj Haraki dalam Sirah Nabi SAW, yaitu karena al-Arqam tidak diketahui keislamannya, al-Arqam berasal dari Bani Makhzum yang merupakan musuh bebuyutan Bani Hasyim, dan al-Arqam pada waktu masuk Islam masih muda, 16 tahun. Sehingga, tatkala orang Quraisy mencari tempat pembinaan tersebut, tidak pernah terfikirkan oleh mereka untuk mencarinya di rumah seorang anak yang masih muda belia.

Kedua, Kuttab. Lembaga pendidikan Kuttab didirikan oleh bangsa Arab sebelum datangnya Islam, bertujuan memberikan pendidikan kepada anak-anak. Namun, lembaga pendidikan ini tidak mendapat perhatian dari masyarakat Arab, terbukti muridnya pada saat itu. Nabi Muhammad SAW pernah memerintahkan para tawanan perang Badar yang mampu baca tulis untuk mengajar 10 anak-anak sebagai syarat membebaskan diri dari tawanan.

Di Kuttab, pada awalnya pendidikan lebih difokuskan pada materi baca-tulis sastra, syair arab, dan pembelajaran berhitung. Setelah Islam datang materinya ditambah dengan materi baca-tulis al-Quran dan memahami hukum-hukum Islam.

Ketiga, Masjid. Secara harfiah, masjid adalah tempat untuk bersujud. Dalam arti terminologi, masjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah dalam arti luas. Masjid Quba menjadi masjid pertama yang dijadikan sebagai lembaga pendidikan Islam oleh Nabi Muhammad SAW. Masjid, selain berfungsi sebagai tempat ibadah, juga sebagai tempat penyebaran dakwah dan ilmu Islam, menyelesaikan masalah individu dan masyarakat, untuk menerima duta-duta asing, pertemuan pemimpin-pemimpin Islam, tempat bersidang, dan madrasah/sekolah bagi orang-orang yang ingin menuntut ilmu khususnya tentang ajaran Islam.

Sistem pendidikan yang dilaksanakan di masjid disebut dengan halaqah, di mana para sahabat Nabi Muhammad SAW. duduk mengelilinginya untuk mendengar dan melakukan tanya jawab seputar urusan agama dan kehidupan sehari-hari.

Keempat, Suffah. Suffah merupakan ruang atau bangunan yang bersambung dengan masjid. Suffah dapat dilihat sebagai sebuah madrasah/sekolah karena kegiatan pengajaran dan pembelajaran dilakukan secara teratur dan sistematik. Misalnya, Masjid Nabawi yang mempunyai suffah yang digunakan untuk majelis ilmu. Lembaga ini juga menjadi semacam asrama bagi para sahabat nabi yang tidak atau belum mempunyai tempat tinggal permanen. Mereka yang tinggal di suffah ini disebut Ahlu al-Suffah.

Semoga dengan peringatan kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW. sehingga misi yang telah diemban oleh Nabi Muhammad SAW, salah satunya dakwah melalui pendidikan. Dengan pendidikan di yakini dapat melahirkan peradaban baru. Wallahu a‘lam bish-shawab.

*)Penulis: Guru PAI Madraaah Aliyaj Tarbiyatul Islamiyah Kecamatan Sebangki Kabupaten Landak.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed