SINGKAWANG, Media Kalbar
Pengamat ekonomi politik dan pemerintahan, Eka Pria Saputra, SE MSi menilai bahwa Debat Kedua calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Barat di Singkawang, suasananya hidup dan tidak kaku atau tegang sebagaimana debat-debat di tempat lain yang dapat disaksikan di youtube.
“Ini beda. Tim hore-hore juga senang melihat alur debat yang lancar dan saling melempat ide gagasan serta candaan yang mengundang gelak gawa,” tutur Eka Pria Saputra, yang berpengalaman 20 tahun menjadi dosen tetap Fakultas Ekonomi Untan.
Hal itu disampaikan ketika diminta tanggapannya atas penyelenggaraan Debat kedua calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kalbar, yang digelar KPUD Provinsi Kalimantan Barat di Hotel Swiss Belinn Singkawang, Selasa (5/11) malam.
Menurut pria yang akrab disapa Eka PS ini, bahwa candaan yang sangat menarik adalah ketika forum debat membahas tentang aksebilitas air bersih di daerah ini, dalam pertanyaan: air minum aman.
“Jika Paslon kelak terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Barat, apa strategi yang akan dilakukan untuk memberikan pelayanan publik berupa air minum aman?” tanya moderator membacakan pertanyaan dari panelis.
Paslon 03, Muda Mahendra yang diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut memaparkan beberapa program strategisnya.
Menurut Muda, dibutuhkan langkah-langkah yang cepat tapi efektif, langkah yang terukur dalam mendata masyarakat yang dapat mengakses air bersih. Termasuk perlu campur tangan dari Pemerintah Provinsi terhadap Kabupaten/Kota untuk mengatasi masalah air bersih.
“Artinya perlu adanya intervensi kebijakan provinsi, karena Kabupaten tidak akan mampu semua ditangani, provinsi bisa memperkuat akses air bersih di semua kabupaten,” ujar Muda, termasuk upaya mendorong tata kelola Perusda Air Minum agar lebih sehat lagi.
Tahap berikutnya, Paslon 01 dalam hal ini calon Gubernur Sutarmidji, diberikan kesempatan untuk menanggapi jawaban dari calon Gubernur nomor urut 3 tersebut. Menurut Sutarmidji, kewenangan provinsi itu adalah penyediaan air baku yang harus dibuat sekarang.
“Bagaimana menjaga dan menyediakan air baku secara regional, untuk beberapa kabupaten/ kota,” ungkap Midji seraya mencontohkan untuk Bengkayang Singkawang dan Sambas maka sumber air baku ada di Bengkayang; Demikian juga untuk Sintang, Sekadau dan Sanggau dengan satu sumber air baku; Kemudian Kubu Raya, Pontianak, Mempawah sumber air baku di Ambawang; demikian juga dengan daerah lainnya disiapkan sumber air baku mereka.
“Nah, solusinya kita harus menyiapkan waduk. Jangan menyiapkan tandon-tandon air terbatas jumlahnya. Tapi perlu waduk yang besar. Kenapa di Jawa dibangun waduk besar-besar, sementara di Kalbar tidak ada, padahal waktu itu Pak Jokowi membangun 38 Waduk besar. Kenapa Kalbar tidak,” ungkap Midji yang berdiri di podium tengah atau di samping kiri Muda.
Suasana pun jadi heboh, yel-yel tak terhindarkan. Moderator sigap dan mengendalikan jalannya debat.
Tahap berikutnya, Paslon 02 diminta menanggapi. Setelah itu, baru dikembalikan lagi ke Paslon 03 untuk merespon balik atas tanggapan Paslon-Paslon yang sudah disampaikan.
Dengan waktu satu menit, calon 03 Muda Mahendara mengawali kalimatnya dengan candaan ditujukan ke 01.
“Saya mendengar dan mengamati paslon nomor satu ini seolah-olah baru mau jadi calon,” ujar Muda yang disambut grrrr audience.
“Lima tahun ini, seharusnya sudah ada langkah-langkah yang jelas dan terarah terkait dengan ini. Maka kebijakan bantuan langsung pun bisa dilakukan apabila mau, ini itikad baik saja. Kalau air baku kita perkuat, seharusnya sudah dilakukan. Dimana yang dilakukan? Harusnya sudah ada realisasi dan ada percepatan. Jadi bukan akan-akan-akan lagi ke depan. Lima tahun ini sudah hilang waktu kita,” ungkap Muda yang lagi-lagi candaannya ini disambut gemuruh hadirin.
Eka yang juga berpengalaman 13 tahun di birokrat Pemkab Sanggau menilai bahwa
dalam debat ini Paslon 02, calon Gubernur Ria Norsan mampu memberikan argumentasi yang masuk akal dan pemaparan yang berdasarkan aturan yang ada.
“Pemerintah Provinsi wajib memiliki Sistem Penyediaan Air Minum Regional sebagaimana yang diatur dalam undang-undang maupun peraturan pemerintah,” ujar Ria Norsan.
Menurut Ria Norsan, aksesibilitas air bersih perlu SPAM regional, sehingga penanganan air bersih bersama-sama antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota serta swasta dan masyarakat.
“Kita lihat data, ada 438 desa tidak memiliki sarana air bersih/ledeng. Dari 438 desa tersebut, ada 115 desa berkembang dan 83 desa maju, serta 240 desa mandiri yang tidak ada air bersih/ledeng,” paparnya.
Norsan yang bertekad untuk membangun sinergisitas antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, termasuk membangun SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) Regional.
“Menarik debat kali ini, walaupun penuh candaan tapi jawaban berisi semua,” ungkap Eka SP, yang juga pernah mengikuti seleksi calon pimpinan KPL dan satu-satunya peserta dari kalbar ini. (*/mk)
Comment