SAMBAS, Media Kalbar – Kejadian tragis tenggelamnya seorang anak di Kolam Renang Dian Kusuma Sempadung, Desa Segedong, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, belum lama ini seolah berujung misteri. Alih-alih terbuka dan kooperatif, pihak pengelola justru menunjukkan sikap tertutup. Bahkan, lima wartawan yang datang meliput langsung di lokasi, Senin 14 Juli 2025, diusir tanpa alasan yang jelas.
Sikap pengusiran itu tak hanya memicu tanda tanya, tapi juga meninggalkan kesan kuat: ada sesuatu yang ingin disembunyikan pengelola.
Menurut kesaksian Serawati, wartawan dari Jejaring Kalbar, semula mereka diterima dengan baik oleh seorang perempuan di area kolam.
Setelah menyampaikan maksud untuk meliput, mereka bahkan sempat mengambil beberapa dokumentasi foto dan video. Namun, situasi berubah saat seorang pria yang disebut-sebut bagian dari pengelola, keluar dari bangunan billiard yang masih satu kawasan dengan kolam renang itu.
Dengan nada tinggi, pria tersebut memerintahkan agar para wartawan keluar dari lokasi. “Keluar-keluar, kata bos kalau mau meliput di sini harus izin ke polisi!” bentaknya. Ia bahkan meminta identitas dan kartu pers semua wartawan. Meski semua identitas resmi sudah diperlihatkan, pria tersebut tetap ngotot wartawan harus punya izin polisi untuk bisa meliput di sana.
Padahal, secara aturan, wartawan berhak melakukan peliputan di tempat umum, terlebih terkait kejadian yang menjadi konsumsi publik. Tidak ada kewajiban harus mengantongi izin dari polisi untuk melakukan kerja jurnalistik di tempat kejadian perkara, kecuali memang ada penyelidikan yang ditetapkan sebagai area tertutup oleh kepolisian.
Sikap arogan pengelola ini justru menimbulkan dugaan dan spekulasi: apakah ada kelalaian yang ingin ditutupi? Apakah ada aspek keselamatan yang diabaikan hingga insiden tenggelamnya anak itu terjadi? Atau, adakah prosedur keamanan yang semestinya diterapkan, namun diabaikan?
Sampai saat ini, pengelola Kolam Renang Dian Kusuma Sempadung belum memberikan klarifikasi resmi. Sementara itu, pihak keluarga korban dan warga sekitar masih berharap ada kejelasan terkait penyebab kecelakaan tersebut.
“Pengelola seharusnya terbuka, bukan malah melarang wartawan. Ini justru membuat publik bertanya-tanya, ada apa di balik kejadian ini?” kata salah satu aktivis pemuda Tebas yang enggan disebutkan namanya.
Kasus ini mengundang perhatian masyarakat luas, termasuk kalangan pers. Aliansi Jurnalis Sambas bahkan tengah mempertimbangkan langkah hukum terhadap tindakan pengusiran tersebut yang bisa dikategorikan sebagai
Kini publik menunggu: apakah pengelola berani bicara jujur atau terus menutup diri? Jika mereka merasa tidak salah, mengapa harus takut pada kehadiran wartawan?
Misteri di balik Kolam Renang Dian Kusuma Sempadung pun masih belum terkuak sepenuhnya. Kematian tragis seorang anak seharusnya jadi momentum evaluasi, bukan justru memantik kecurigaan baru.(rai)











Comment