SANGGAU, Media kalbar
Pandemi Covid-19 tidak mempengaruhi produksi beras petani di Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalbar. Bahkan, kabupaten di wilayah timur Kalbar yang dijuluki Bumi Daranante ini mengalami surplus beras.
Menurut Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan Hortikultura dan Perikanan Kabupaten Sanggau Kubin, mengacu data penghitungan kebutuhan beras dari Kementerian Pertanian, kebutuhan beras bagi masyarakat Sanggau 114 kilogram per orang per tahun.“Nah, kalau dikalikan dengan jumlah penduduk Sanggau sekitar 482 ribu lebih, artinya Sanggau perlu beras sekitar 53 ribu ton. Kalau diasumsikan ke padi, Sanggau harus cukup padi sekitar 85 ribu ton per tahun. Saat ini produksi padi sudah mencapai 70 ribu sampai 74 ribu ton per sekali panen,” ujarnya, Senin (9/8/2021).
Dijelaskan Kubin, angka 70 ribu sampai 74 ribu ton padi sekali panen ini didasarkan pada hitungan luas baku lahan pertanian di Kabupaten Sanggau yang tercatat pada Kementerian Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. “Sudah surplus. Pernah surplus sampai seminggu, sampai tiga bulan juga pernah. Luas baku lahan pertanian kita 24.432 hektar,” katanya.
Belum lagi, Kubin menyebut, petani di Kabupaten Sanggau ada yang melakukan dua kali tanam padi dalam setahun, sehingga hasil produksinya bisa lebih dari 85 ribu ton. Kemudian luas baku lahan pertanian juga masih mungkin bertambah.
“Namun, Kementerian Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional mensyaratkan kami untuk membuktikan titik koordinat sawah di luar yang sudah ditetapkan. Sebetulnya produksi kita masih bisa ditingkatkan. Kemarin, ketika demplot varietas unggul baru di Kembayan (hasilnya) bisa 7,3 ton. Kita rata-rata baru 2,9 ton. Artinya belum 50 persen dari potensi,” tuturnya.
Kubin menambahkan, sektor pertanian di Kabupaten Sanggau tetap mengacu pada panca usaha tani. “Dari data kami, tidak terlalu jauh berubah. Seperti proses pengolahan tanah, menanam, pemupukan, termasuk iklim yang mendukung. Sekarang ini relatif ada hujan, lahan kita di Kabupaten Sanggau dominan lahan tadah hujan. Kemungkinan ada hujan dari tahun 2019, 2020, awal 2021,” imbuhnya.
Terkait pupuk, Kubin bilang, para petani memperolenya dengan membeli sendiri. Namun ada pula yang diperoleh melalui program pupuk subsidi dari pemerintah. “Memang dalam jumlah (pupuk subsidi) terbatas, sehingga tidak memenuhi semua kebutuhan petani. Karena itu menyangkut kemampuan keuangan daerah,” pungkasnya.(MJ)
Comment