Pontianak, Media Kalbar
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kalimantan Barat terus memperkuat peran kehumasan dalam mendukung transparansi dan pelayanan publik yang lebih baik dengan menggelar Kegiatan Penguatan Kehumasan dalam Rangka Hari Pengayoman ke- 79, Kamis (15/8). Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya peningkatan komunikasi pemerintah dengan masyarakat, terutama dalam menyampaikan informasi mengenai kebijakan dan program-program pemerintah di bidang hukum dan HAM.
Narasumber pada kegiatan kali ini adalah Praktisi Kehumasan Irjen. Pol. (Purn.) Dr. Ronny Franky Sompie, serta dihadiri secara langsung oleh Pimti Pratama, pejabat Manajerial dan Non Manjerial Kanwil Kemenkumham Kalbar, para Kepala UPT dan Humas UPT yang mengikuti secara langsung dan juga secara virtual.
Kepala Kantor Wilayah Muhammad Tito Andrianto membuka secara resmi Kegiatan Penguatan Kehumasan dalam Rangka Hari Pengayoman ke- 79 di Aula Kanwil dengan menyampaikan kutipan Sekretaris Jenderal Kemenkumham RI Andap Budhi Revianto yang mengatakan bahwa “Humas Tidak Memenangkan Pertempuran, tetapi Tanpa Humas Pertempuran Tidak Akan Dimenangkan”.
“Kutipan tersebut dengan sangat tepat menggambarkan peran krusial humas dalam sebuah organisasi. Humas bukan sekadar alat untuk memenangkan pertempuran, tetapi lebih dari itu, humas adalah jantung yang memompa kehidupan dalam sebuah institusi. Tanpa humas, sebuah organisasi akan kesulitan untuk berkomunikasi secara efektif dengan publik, membangun citra positif, serta menghadapi berbagai tantangan yang muncul,” ucap Kakanwil.
Dalam era digital seperti sekarang, peran humas semakin kompleks dan menantang. Namun, di sisi lain, era digital juga memberikan banyak peluang bagi humas untuk berkreasi dan berinovasi. Oleh karena itu, kita sebagai praktisi humas harus terus belajar dan mengembangkan diri agar mampu menghadapi tantangan masa depan.
Ronny F. Sompie mengutip Keputusan Menkominfo tahun 2007 yang menyebutkan bahwa Humas Pemerintahan adalah segenap tindakan yang dilakukan oleh suatu instansi/pemerintahan dalam usaha membina hubungan yang harmonis dengan khalayak internal dan eksternal dan membina martabat instansi/pemerintahan dalam pandangan khalayak internal dan eksternal guna memperoleh pengertian, kepercayaan, kerjasama dan dukungan dari khalayak internal dan eksternal dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya.
“Dalam pelayanan publik, humas bertugas memberikan pelayanan terbaik, dengan birokrasi yan mudah untuk memberikan kepuasan kepada Masyarakat. Tujuan utama Humas Pemerintah adalah pemerintahan memperoleh citra dan reputasi yang positif,” ucap Ronny Sompie.
Menurut Ronny F. Sompie, saat ini tantangan utama Humas Pemerintah adalah adaptasi dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet. Humas pemerintah harus menguasai teknologi informasi dan komunikasi, termasuk di dalamnya media sosial, sehingga dapat mengetahui kebutuhan publik.
Selain tantangan terkait teknologi internet, Humas Pemerintah juga masih menghadapi tantangan keterampilan tradisional (traditional skills) humas secara umum, yaitu keterampilan menulis (writing skills) dan keterampilan berbicara (speaking skills). Praktisi Humas Pemerintah, sebagaimana praktisi PR pada umumnya, harus menguasai teknik jurnalistik dan public speaking untuk kelancaran tugasnya.
Ronny F. Sompie menjelaskan salah satu strategi komunikasi media dan/atau komunikasi jurnalistik yaitu framing. Framing adalah menyusun atau mengemas informasi tentang suatu peristiwa dengan misi pembentukan opini atau menggiring persepsi publik terhadap suatu peristiwa. Framing berita merupakan perpanjangan dari teori agenda setting, yaitu pemilihan fakta dalam sebuah peristiwa yang dinilai penting disajikan dan dipikirkan publik.
Framing bertujuan untuk membingkai sebuah informasi agar melahirkan: citra, kesan, makna tertentu yang diinginkan media, atau wacana yang akan ditangkap oleh khalayak.
Teori agenda setting adalah Teori bahwa media adalah Pusat Kebenaran yang mampu mengangkat dua elemen, yaitu Kesadaran dan Pengetahuan ke dalam agenda publik. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan kesadaran publik dan mengarahkan perhatian pada isu-isu yang dianggap penting oleh Media.
Ronny Sompie juga menambahkan bahwa kemunculan media darling adalah suatu keniscayaan atas geliat pers dan bisnis media massa. Selain mejadi sorotan karena pentingnya berita terkait sosok media darling, unsur popularitas juga memainkan peranan penting. Para influencer yang mempunyai banyak followers media sosial adalah The New Media Darling atau bisa disebut sebagai social media darling.
“Dalam ilmu jurnalistik, berita yang berimbang maksudnya adalah berita atau laporan yang disajikan harus objektif, termasuk tidak memihak kepentingan kelompok tertentu. Sifat berimbang ini perlu dijaga agar berita tidak menyesatkan pembaca dan tidak digugat oleh pihak yang merasa dirugikan,” tuttp Ronny Sompie dalam paparannya.
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab para Humas UPT baik secara langsung maupun yang mengikuti secara virtual melalui zoom meeting. (*/Amad)
Comment