Perkebunan dan Industri Kelapa Sawit di Indonesia telah membuktikan mampu merubah sosial ekonomi masyarakat kearah yang positif, meningkat dan memberikan dampak peningkatan Sumber Daya Masyarakat, karena dengan peningkatan pola hidup sosial dan ekonomi masyarakat khususnya di daerah sekitar Perkebunan Sawit maka edukasi masyarakat juga berjalan dengan semestinya.
Terlepas dari tudingan dan issu negatif terhadap Perkebunan Sawit, Khsususnya di Kalimantan Barat seperti yang terjadi Banjir berhari-hari di Kabupaten Sintang, Melawi, Kapuas Hulu, Sekadau dan Sanggau, Perkebunan Sawit menjadi sasaran empuk menjadi penyebab banjir, disamping apa yang disampaikan Presiden RI Joko Widodo bahwa Karena kerusakan Hutan yang terjadi bertahun-tahun dan Penambangan Emas Tampa Ijin (PETI). Bahkan baru-baru ini Gubernur Kalbar H, Sutarmidji sempat mengusir 20 Pengusaha Perkebunan Sawit bersama Gapki karena kurang peduli terhadap masyarakat terdampak banjir, Gapki juga hanya menyumbang jalan rusak bagi Kalbar, Kemudian Perkebunan Sawit juga tidak ada masukan pendapatan di APBD Kalbar, ini disebabkan salah satunya di Kalbar belum ada Pelabuhan Ekspor, sehingga ekspor hasil Perkebunan Sawit tercatat pada daerah yang ada pelabuhan Ekspor, hanya tahun 2020 ada pemasukan ekspor sawit ke Kalbar melalui PLBN Badau Kapuas Hulu.
Selain Gubernur Kalbar, Anggota DPR RI Dapil Kalbar 1 Katherine A. Oendoen juga menyebut Sawit salah satu penyebab banjir, “Maka stop sawit dulu.” Ungkap Katherine beberapa hari lalu. Saat musim kemarau juga Perkebunan Sawit juga menjadi sorotan dengan tudingan melakukan pembakanran lahan yang menyebabkan asap.
Melalui Jounalist Fellpwship & Training Batch II Wilayah Kalimantan yang di laksanakan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) pada 11- 13 November 2021 di Banjarmasin- Kalimantan Selatan yang penulis menjadi salah satu pesertanya dari mediakalbarnews.com, jelas ada beberapa data yang mesti perlu kita lihat betapa peran Perkebunan Kelapa Sawit mampu menumbuhkan ekonomi Indonesia dan tentunya sosial ekonomi masyarakat.
Topan Mahdi dari Gapki yang menjadi salah satu nara sumber pada kegiatan yang di ikuti oleh sejumlah awak media dari berbagai wilayah Kalimantan ini, menyampaikan data tahun 2020 bahwa Serapan tenaga kerja pada Perkebunan Sawit adalah 2,3 Juta usaha petani yang memperkerjakan 4,4 juta orang, Kemudian luas perkebunan rakyat 41% dari total luas Perkebunan Sawit di Indonesia yaitu 16,3 Juta Hektar, sementara perkebunan negara hanya 4 %, dan perkebunan Swasta 55 %. Komposisi Produksi Perkebunan Rakyat 35 %, Perkebunan Negara 5 % dan Perkebunan milik Swasta 60%.
Kemudian M. Goldameir Melatania B. Com dari Apkasindo yang menjadi salah satu nara sumber juga menyampaikan komposisi petani sawit di Industri 41 %, luas perkebunan sawit 16,3 Juta Hektar dengan Produktivitas 3,55 ton/Ha, total produksi 51,8 Juta. Perkebunan rakyat juga terdiri dari Plasma 21 % dan Independen 79%.
Dari data tersebut bisa di katakan bahwa Pertumbuhan ekonomi masyarakat perkebunan sawit terus meningkat, apa lagi saat ini sebagaimana di ungkapkan oleh nara sumber sebelumnya bahwa nilai harga TBS terus meningkat stabil dan ini tentu merubah kehidupan sosial masyarakat seiring dengan pertubuhan ekonomi masyarakat perkebunan.
Apalagi untuk di Kalbar, sepanjang penulis temukan masyarakat di sekitar perkebunan berubah kehidupan sosial nya, dari yang masih tradisional berubah kearah yang lebih modern karena edukasi dari pihak Perusahaan perkebunan kepada masyarakat sekitar terus dilakukan, disamping kalau pemberdayaan masyarakat juga didampingi oleh pihak CU atau Credit Union. Disamping itu melalu CSR Peusahaan Perkebunan beberapa infrastrutur jalan di bangun sehingga membuka akses desa atau daerah yang terisolir, selain itu beberapa perusahaan kelapa Sawit juga memberikan edukasi pemberdayaan kepada masyarakat dan juga kepada petani sawit.
Disamping itu lahan masyarakat petani yang terlantar menjadi produktif sehingga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
Beberapa waktu lalu juga Samuel dari Apkasindo Kalbar menyampaikan bahwa untuk mempermudah akses produksi sawit masyarakat, Apkasindo kerjasama dengan Perusahaan perkebunan sawit di Kalbar dengan membangun klaster terdekat agar Pabrik Perusahaan sawit menerima sawit masyarakat dengan harga yang semestinya.
Memang dari 200 hingga 300 Perusahaan Perkebunan Sawit yang memiliki ijin perkebunan di Kalbar dengan luas 1,5 juta hektar, ada segelintir Perusahaan perkebunan yang di duga tidak berbuat semestinya kepada masyarakat sekitar perkebunan, namun itu bukan berarti digeneralisir. Buktinya dan tidak bisa dipungkiri masyarakat sekitar perkebunan sawit dan petani sawit kehidupan sosialnya sudah berubah lebih baik daripada sebelum adanya perkebunan sawit.
Penulis: Ahmad M
Comment