Pontianak, Media Kalbar
Aat Surya Safaat, Wartawan Senior yang juga Penasehat Forum Akademisi Indonesia (FAI) tampak seperti seorang guru mengaji yang baru saja mendengar muridnya salah melafalkan Al-Fatihah. Wajahnya merah padam, suaranya mendayu penuh kekecewaan.
“Ya bukan begitu tafsirannya. Itu salah besar!” serunya, seolah sedang mengoreksi anak SD yang ngotot menyatakan 2+2=5.
Menurut Aat, para Pelaksana Tugas (Plt) PWI di berbagai daerah bukanlah makhluk terbuang yang tak punya hak suara.
“Mereka sah secara prosedur, hanya saja Steering Committee (SC) Kongres Persatuan PWI sepakat mengikuti aturan PD/PRT PWI serta pada Daftar Peserta Tetap (DPT) Kongres Bandung, sebuah “jalan tengah” yang terdengar lebih seperti jalan memutar untuk menghindari tabrakan.” Ungkap Aat, Jumat (8/8).
Tapi siapa sangka, di balik kata “kompromi” itu tersimpan drama lebih tebal dari sinetron Ikatan Cinta. Kubu HCB disebut-sebut “ngotot” memasukkan Plt Banten ke dalam daftar peserta.
“Informasi yang saya dapatkan, Steering Committee akhirnya mengambil jalan tengah agar kongres berjalan, demi persatuan,” ujar Aat dengan nada mirip orang menceritakan akhir battle di Game of Thrones.
Sementara di Kalimantan Barat, pertikaian antara mantan Ketua PWI Kalbar, Kundori, dan Plt Wawan Suwandi semakin panas, lebih panas dari sambal lado mudo.
“Pihak Kundori terlalu gegabah!” seru Sudirman, Penasehat Hukum Plt PWI Kalbar, seolah sedang menegur anak kecil yang mengambil kue sebelum waktunya.
Tapi Kundori bukanlah satu-satunya yang “gegabah”. Kubu HCB disebut meminta semua Plt dapat hak suara, karena Plt yang dia tunjuk jumlahnya jauh lebih banyak, tapi ditolak SC.6
“Ini kan lucu,” batin kita. “Yang minta hak suara ditolak, tapi yang dipilih cuma yang sesuai seleranya” kata Sudirman.
Maman Suratman Beri Sindiran Jangan Ambisius, Publik Sudah Melek Hoaks!
Maman Suratman, mengeluarkan statemen yang lebih pedas dari rujak tanpa gula.
“Jangan ambisius! Masyarakat sekarang cerdas, tidak mudah dibodohi,” kata Maman Suratman menegaskan.
Kalimat itu seperti tamparan bagi mereka yang masih berpikir publik bisa dikibuli dengan narasi “kami yang benar, kalian yang salah”.
Di era di mana hoaks bisa dibongkar dalam hitungan detik, bermain kartu kotor di Kongres PWI ibarat membawa golok ke pertarungan cyber.
Bagi yang belum paham, ini bukan sekadar pertikaian internal PWI. Ini adalah cerminan power struggle di dunia jurnalis, di mana idealisme sering dikalahkan oleh siapa yang pegang SK.
Catat! Ini Data Penting
SK PWI Pusat No. 133-PGS/A/PP-PWI/II/2025: Pencopotan Kundori.
Merujuk pada DPT Kongres Bandung, tapi Plt Banten diikutsertakan, Plt lainnya tidak.
Polarisasi Kekuasaan: HCB vs Zulmansyah Sekedang, Kundori vs Wawan Suwandi.
Pertanyaan terakhir ini menggantung bak cliffhanger di akhir episode serial politik.
Apakah PWI masih menjadi rumah bagi wartawan independen? Atau sudah berubah menjadi stage bagi mereka yang haus kekuasaan?
Yang jelas, seperti kata Maman Suratman, “Publik sudah cerdas.” Jadi, sebelum membuat narasi sepihak, ingat dunia sekarang punya screenshot. (*/Amad)











Comment