by

Waspadai Dominasi Pengangguran “Fresh Gaduate” di Kalimantan Barat

*Oleh: Retno Dian Ika Wati, S.ST, MM

Pembangungan ekonomi yang berkualitas salah satunya adalah tersedianya lapangan pekerjaan bagi Masyarakat. Pemerintah telah melakukan banyak Upaya dalam penyediaan lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran antara lain dengan menyelenggarakan job fair, menyelenggarakan pelatihan kerja, meningkatkan mutu pendidikan, menurunkan suku bunga KUR dil.

Berdasarkan data BPS, pengangguran di Kalimantan Barat di tahun 2023 tercatat sebesar 5,05 persen. Meskipun angka ini telah mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 5,11 persen, namun angka ini masih lebih tinggi dibandingkan kondisi sebelum pandemi Covid-19. Hal tersebut mengindikasikan perlunya upaya yang lebih besar dan tepat dalam penanganan pengangguran di provinsi Kalimantan Barat.

Pengangguran menurut BPS didefinisikan sebagai penduduk yang tidak bekerja namun sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja, termasuk pula penduduk yang tidak bekerja dan tidak mencari/ mempersiapkan usaha dikarenakan merasa putus asa mendapatkan pekerjaan.

Data BPS menunjukan, di tahun 2023 pengangguran di Kalimantan Barat masih didominasi oleh penduduk usia muda yaitu usia 15-24 tahun yang mencapai 51.17 persen disusul dengan penduduk usia 25-54 tahun yang mencapai 40,98 persen. Meskipun dalam 5 tahun terakhir pengangguran usia muda ini terus mengalami penurunan, namun secara persentase masih mendominasi jumlah pengangguran yaitu melebihi 50 persen dalam setiap tahunnya. Penyediaan lapangan usaha untuk kelompok usia muda sangat penting karena pengangguran usia muda akan berdampak negatif seperti meningkatnya kriminalitas, meningkatnya beban keluarga yang pada akhirnya akan meningkatkan kemiskinan.

Jika dilihat menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan, pengangguran di tahun 2023 masih didominasi lulusan SMA ke bawah yaitu mencapai 87,35 persen dengan komposisi 28,37 persen lulusan SD ke bawah, 12,20 persen lulusan SMP/sederajat dan 46,78 persen lulusan SMA/sederajat. Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyebutkan bahwa tingkat pendidikan rendah menjadi salah satu tantangan dalam penurunan pengangguran di Indonesia.

BPS mengukur pengangguran melalui Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilaksanakan setiap bulan Februari dan Agustus. Sakernas yang dilaksanakan di bulan Februari menggambarkan kondisi ketenagakerjaan pada tingkat provinsi, sedangkan Sakernas yang dilaksanakan di bulan Agustus dapat menggambarkan kondisi ketenagakerjaan sampai pada tingkat kabupaten/kota.

Sakernas Agustus dapat menggambarkan kondisi pengangguran “fresh graduate” karena pada periode tersebut semua jenjang pendidikan baru meluluskan siswa siswanya. Sebagian dari anak sekolah yang lulus melanjutkan sekolah ke jenjang diatasnya, sebagian yang lain berhenti sekolah dengan berbagai macam alasan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak putus sekolah, antara lain adalah faktor ekonomi, lingkungan sosial, minat dan masalah keluarga. Terlepas dari hal tersebut, keberadaan anak putus sekolah menjadi salah satu pemicu tingginya angka pengangguran.

Tingginya angka pengangguran “Fresh Graduate” perlu dicermati lebih lanjut baik dari sisi permintaan maupun penawaran tenaga kerja. Dari sisi permintaan yaitu diantaranya adanya asumsi pengangguran usia muda masih kurang berpengalaman yang berpengaruh pada rendahnya minat pengusaha untuk merekrut mereka. Dari hasil Sakernas Agustus 2023, lebih dari 70 persen penganggur usia muda (15-24 tahun) di Kalimantan Barat belum memiliki pengalaman kerja, sedangkan penganggur dengan usia diatasnya hanya sekitar 30 persen yang tidak memiliki pengalaman kerja.

Sedangkan dari sisi penawaran antara lain kurangnya dorongan untuk segera mendapatkan pekerjaan sehingga lebih bersifat pemilih terhadap pekerjaan yang ditawarkan, karena meskipun belum mendapatkan pekerjaan mereka tetap bisa bergantung pada orangtua atau keluarganya.

Kerjasama pemerintah, pihak sekolah maupun pengusaha sangat diperlukan untuk menekan pengangguran usia muda, terutama “fresh Graduate”. Perlu adanya upaya untuk meningkatkan angka partisipasi sekolah dan menurunkan angka putus sekolah terutama pada jenjang sma ke bawah. Selain itu kerjasama sekolah dan pengusaha juga perlu ditingkatkan dalam program magang sehingga dapat menambah kesiapan siswa ketika terjun kedalam dunia kerja. Intervensi pemerintah dalam pasar kerja juga diperlukan terkait dengan penerapan syarat melamar

pekerjaan yang biasanya menempatkan pengalaman kerja sebagai syarat utama. Dari sisi tenaga kerja juga perlu didorong untuk tidak pilih pilih pekerjaan, paling tidak pekerjaan tersebut bisa menjadi pengalaman kerja ketika menginginkan. pekerjaan yang lebih mapan atau sesuai dengan keinginan mereka. Hal yang tidak kalah penting adalah menumbuhkan semangat berwirausaha, jika tidak mendapatkan pekerjaan maka ciptakanlah lapangan pekerjaan.

Penanganan pengangguran bukan hanya tugas pemerintah, namun periu upaya bersama pihak sekolah, swasta dan juga keluarga. Ingat, pengangguran berdampak pada masalah sosial lainnya seperti kemiskinan dan kriminalitas. (*)

*Penulis adalah Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Kalimantan Barat

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed