by

Fenomena Pekerja PETI Dimasa Pandemi COVID-19 dan Jelang Hari Raya Idul Fitri

Melawi, Mediakalbarnews.com – Salah satu isu dan masalah lingkungan di Kabupaten Melawi akhir-akhir ini yang menjadi sorotan masyarakat serta dampak luas terhadap sosial, ekonomi, dan ekologi/lingkungan adalah berkenaan penambangan emas tanpa izin (PETI). Walaupun telah banyak usaha yang dilakukan oleh berbagai pihak, mulai dari masyarakat, aparat desa, kecamatan, Pemkab, hingga Aparat Kepolisian yang memberikan himbauan, merazia dan menindak aktivitas PETI, namun kenyataanya hingga kini aktivitas PETI terus terjadi. Hari ini diberantas, tak berapa lama kemudian muncul lagi. Atau ditertibakan di satu lokasi, kemudian beraksi lagi di lokasi lain. Begitulah fenomena yang berlaku semenjak aktivitas PETI bermula di Melawi.

Aktivitas PETI sudah berjalan puluhan tahun, sehingga masalahnya menjadi kompleks dan semakin sukar mengatasinya. Jika dicermati, terdapat dua masalah utama yang menyebabkan kegiatan ini terus berlansung hingga kini, yaitu; pertama, berkaitan erat dengan tekanan ekonomi yang dialami masyarakat menengah ke bawah, sehingga mereka secara rela atau terpaksa terlibat dalam aktivitas PETI. Untuk kategori ini, mayoritas hanya terlibat sebagai pekerja/buruh dalam aktivitas PETI, dengan upah yang hanya sekedar untuk kebutuhan sembako dan dapur bisa berasap.

Masalah sosial dan ekonomi yang melilit masyarakat di lingkar tambang, dinilai menjadi penyebab utama sulitnya penertiban PETI itu. Selama pemerintah belum bisa menyediakan lapangan pekerjaan yang pendapatannya setara dengan hasil dari aktivitas tambang illegal, maka penindakan dari aparat dinilai tidak akan menyelesaikan.

Walaupun sudah dilakukan penindakan berulang-ulang oleh Aparat Kepolisian, akhirnya para pekrja PETI kembali lagi ke tambang. Kalaupun ditangkap pemodalnya tidak akan menyelesaikan masalah, karena warga menganggap PETI merupakan sebagai sumber mata pencaharian

Kami  awak media ini mencoba minta komfirmasi seorang  masyarakat pekerja PETI yang berada di wilayah Nanga Pinoh yang tidak mau di sebutkan Namanya. Curhatannya menyampaikan sangat berduka kehilangan pekerjaan saat ini, bukanya hanya Covid-19 yang melumpuhkan perekonomian masyarakat tetapi ditambah dengan pemberhentian tambang emas Ilegal tersebut, apalagi menjelang lebaran Idul Fitri, tentulah kebutuhan semakin bertambah membuat kehidupan semakin dirasa sulit.

“ Memang kami pekerja  PETI tidak ada izin, tetapi seharusnya pemerintah  menunjukan kepada kami dimana dan sama siapa kami mengurus izin kami sebenarnya bukan kami tidak mau bekerja tanpa aturan atau tanpa izin ,  kami pekerja tetapi  melakukan kegiatan tersebut dengan cara  kami sendiri karena demi memenuhi kebutuhan keluarga dan anak-anak kami. Apalagi saat ini harga karet sangat merosot tidak menutupi kebutuhan anak istri atau keluaga kami, “ ucapnya. Selasa (27/4/21). dirumah kediamannya.

Dirinya pun, mengharapkan kepada pemerintahan bila ini benar benar di berantas di hentikan kami sangat setuju tetapi  pemerintah juga harus memberikan solusi kepada kami untuk menafkahi anak istri kami jangan hanya bertindak tetapi solusi tak ada. Seharusnya pemerintah itu pengayom masyarakat.

” Saya juga berharap kepada Pemerintah Daerah dan  Aparat penegak hukum, sebelum melakukan tindakan sudah menemukan solusinya. Bila solusi tidak ada tentu pengangguran bertambah banyak, karena lapangan pekerjaan tak ada, takut  kita terjadi anarkis di mana-mana. Kami mohon untuk diberikan kelonggaran supaya bisa bekerja kembali, apalagi dimasa Pandemi Covid-19 ini ditambah lagi keperluan dalam menghadapi hari raya Idul Fitri nanti, ” pintanya dengan nada lirih.

Penulis/Publis : Bagus Afrizal

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed