Bengkayang, Media Kalbar
“Tidak benar kalau diberitakan bahwa munculnya Covid-19 diantara Mahasiswa ISB itu terjadi saat proses perkuliahan tatap muka. Yang benar adalah adanya indikasi Covid -19 ketika Mahasiswa sedang dalam masa karantina,”demikian ungkap Rektor ISB, Marianus Dinata Alnija, SS,.M.Hum, Minggu (12/9/21)
Rektor Institut Shanti Bhuana (ISB) Bengkayang Kalimantan Barat Marianus Dinata Alnija S.S.,M.Hum mengklarifikasi adanya informasi bahwa penularan Covid-19 terjadi saat proses perkuliahan tatap muka.
Lebih lanjut Rektor menjelaskan bahwa pada saat munculnya indikasi kasus Covid-19 ISB perkuliahan sama sekali belum dilaksanakan. Baik yang di Asrama maupun Mahasiswa yang tinggal di rumah semuanya masih dalam masa persiapan perkuliahan.
Beberapa mahasiswa yang memilih tinggal di Asrama baru masuk ke Asrama pada tanggal 14 dan 15 Agustus. Aturan pembagian 2 gelombang masuk Asrama pertimbangan pihak Kampus adalah untuk menjaga protokol kesehatan.
“Karena saat mereka masuk pihak kampus mewajibkan kepada semua Mahasiswa untuk menjalankan tes Swab Antigen dan tes tersebut diadakan di Kampus. Pada saat itu hasil tes dari semua Mahasiswa yang tinggal di Asrama Non Reaktif,”demikian lanjut Rektor.
Ia juga menjelaskan, kendati sudah menjalankan tes Swab Antigen, pihak Kampus tetap mewajibkan semua mahasiswa untuk menjalankan masa karantina di Asrama dengan mengikuti SOP Prokes di masa Pandemi yang sudah menjadi bagian dari aturan Asrama.
“Saat masa karantina inilah ada beberapa Mahasiswa yang mengalami gejala-gejala seperti, demam dan flu. Maka pada tanggal 21 Agustus saat Mahasiswa masih dalam proses karantina pihak Asrama bekerjasama dengan Puskesma Kabupaten Bengkayang mengambil tindakan dengan melakukan tes Swab Antigen dan PCR. Dari hasil tes inilah maka ditemukan ada 1 orang Mahasiswa yang dinyatakan reaktif” ungkap Rektor.
Lebih lanjut Ia mengungkapkan “Rentang waktu dari tanggal 15 ke tgl 21, sekitar 6 hari dan mereka masi dalam masa Karantina,”tegas Rektor.
Dari hasil tes pada tanggal 21 Agustus terindikasi ada 1 orang Mahasiswa Asrama ISB yang dinyatakan reaktif, dan langkah cepat yang diambil pihak ISB bersama Puskesmas Bengkayang adalah melakukan proses isolasi mandiri terhadap mahasiswa tersebut dengan penanganan khusus dari pihak ISB dan pihak Puskesma Bengkayang.
Selain itu untuk mengantisipasi penyebaran yang makin meluas pihak ISB kemudian mengambil langkah cepat dengan melakukan penelusuran ke semua Mahasiswa yang sempat berkontak langsung dengan mahasiswa yang terkonfirmasi, dan meminta mereka untuk melakukan tes PCR.
Maka pada tanggal 25 Agustus dilaksanakan tes Swab dan PCR yang kedua, kemudian dilanjutkan pada tanggal 27, 30, dan 1 September.
Dari hasil tes pada tanggal-tanggal tersebut di atas semua Mahasiswa yang dinyatakan Negatif diperkenankan untuk kembali ke rumah masing-masing, sementara yang terkonfirmasi positif tetap melaksanakan masa isolasi dan perawatan di gedung khusus yang disediakan oleh pihak ISB.
“Mereka yang terkonfirmasi ini mendapatkan penanganan khusus oleh pihak ISB bekerjasama dengan pihak Puskesmas Kabupaten Bengkayang, dengan menjaga gizi makanan, vitamin, olahraga rutin. Semua dibawah pengawasan dan tanggung jawab ISB,”tegas Rektor.
Tanggal 6 september Pihak ISB dan Puskesmas Bengkayang kembali melakukan tes Swab dan PCR kepada beberapa mahasiswa yang sebelumnya dinyatakan reaktif dan setelah hasilnya dinyatakan Negatif pihak Asrama membolehkan mereka untuk pulang ke rumah.
Rektor menegaskan bahwa sejak tanggal 21 Agustus saat gejala pertama di temukan sampai hari ini, minggu 12 September 2021. Kasus terkonfirmasi di ISB sudah landai. Beberapa Mahasiswa yang sebelumnya terkonfirmasi Positif dan setelah melalui proses karantina khusus, beberapa diantaranya sudah dinyakan sembuh.
“Jadi saat ini di ISB sudah berangsur normal kembali. Dari 138 Mahasiswa yang sebelumnya terkonfirmasi positif sampai hari ini yang masih dalam proses karantina ada 97 orang, dan 41 orang diantaranya sudah dinyatakan sembuh”demikian pungkas Rektor ISB.
Pernyataan ini disampaikan Rektor ISB menanggapi beberapa pemberitaan yang beredar di Media sosial bahwa indikasi awal kasus Covid-19 di ISB terjadi pada saat proses perkuliahan tatap muka.
Pembinaan yang Integral di ISB
Institut Shanti Bhuana(ISB) adalah kampus yang memiliki fasilitas Asrama. Bagi ISB Asrama merupakan bagian hakiki dari statuta serta Visi dan Misi. Karena ISB mengusung pendidikan dan pembinaan yang integral mencakup moral, Kepribadian, Keterampilan, Intelek dan Keagamaan.
Namun pada awal munculnya Virus Covid-19 dan dengan ditetapkannya proses perkuliahan online maka aturan untuk tinggal di Asrama pun mengalami sedikit kelonggaran. Mahasiswa diperbolehkan mengikuti perkuliahan daring dari rumah, namun dalam perjalanan proses perkulihana, ternyata banyak mahasiswa ISB yang mengalami kesulitan dalam mengikuti proses perkuliahan daring karena keterbatasan ekonomi keluarga serta sarana prasarana yang tidak mendukung.
Melihat fenomena ini dengan melalui sebuah kajian yang mendalam dan tetap berpedoman pada aturan Prokes Covid-19, pihak ISB mengambil inisiatif memfasilitasi mahasiswa tersebut untuk tinggal di asrama.
Di lingkungan Asrama pihak ISB sudah mempersiapkan segala fasilitas pendukung berupa internet, laptop dan fasilitas perkuliahan lainnya guna mendukung para mahasiswa untuk bisa mengikuti proses perkuliahan online.
Kendati mereka hidup dan tinggal di asrama, pihak ISB tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat seperti yang sudah tertuang dalam SOP penanggulangan Covid-19 di lingkungan Asrama. Dimana salah satunya Mahasiswa tidak diperbolehkan untuk bertemu dan berkontak dekat dengan pihak luar termasuk menerima tamu baik orang tua maupun sanak saudara yang lainnya.
Semua SOP penanggulangan Covid-19 di lingkungan Asrama ISB sudah dijalankan dengan ketat dan ditaati oleh semua penghuni Asrama. (Kur/mk)
Comment