Sambas, Media Kalbar – Kepala Dinas (Kadis) Koperasi Usaha Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan (Kumindag) Kabupaten Sambas, Hermanto menjadi pemateri dalam kegiatan Bincang Santai Tapi Bermakna (BSTB) ke-4 dengan tema ‘Peningkatan Kerjasama Ekonomi Kalbar-Serawak Melalui PLBN Aruk yang berdampak Kabupaten Sambas’, Sabtu (29/4/2023) di PLBN Aruk.
Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Konsul Jenderal RI Kuching Serawak Bapak Raden Sigit Witjaksono, Kepala PLBN Aruk Bapak Purwoto, SE, Kepala Dinas Kumindag Kab Sambas Bapak Hermanto, Everise Kuching, perwakilan Dinas Parpora Kab Sambas, Manajemen Camar Wulan Resort Temajuk, perwakilan dari Kampus Poltesa Sambas, beberapa pengusaha dari Kuching Serawak, pelaku usaha/ UMKM Kab Sambas, dan lain sebagainya
Dalam kegiatan BSTB ke-4 dibahas terkait harapan presiden Jokowi untuk menjadi PLBN Aruk sebagai centra pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat Kabupaten Sambas. Mengingat PLBN Aruk tidak hanya berfungsi sebagai tempat perlintasan orang antar negara, tetapi juga menjadi tempat perlintasan barang atau ekspor-impor
Tentunya, harapan dari presiden Jokowi sangat relevan dengan potensi sumber daya alam yang ada di Kabupaten Sambas, mulai dari sektor perkebunan, perikanan, peternakan, pertanian, hortikultura, dan sektor pariwisata, serta yang lainnya seperti sektor kerajinan tenun dan rotan, dan produk olahan makanan UMKM.
Kadis Kumindag Kabupaten Sambas, Hermanto mengatakan, hadirnya PLBN Aruk belum memberikan dampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sambas. Mengingat proses ekspor-impor yang dilakukan masyarakat masih dilakukan dengan cara semi tradisional atau tidak dilakukan selayaknya proses ekspor-impor yang sebenarnya.
“Dalam perkembangannya, ternyata keinginan untuk menjadikan PLBN Aruk sebagai tempat perlintasan barang (ekspor-impor) belum sesuai dengan ekspektasi pada saat diresmikan Presiden RI pada Tahun 2017 yang lalu,” kata Hermanto.
“Saat ini progres ekspor yang terjadi masih dalam sekala kecil, dan mekanismenya masih dalam bentuk semi tradisional, para pelaku ekspor menurunkan barang-barang dititik nol, dan buyer dari kuching serawak mengambl barangnya dititik nol, tidak ada dryport baik di PLBN Aruk Indonesia ataupun Biawak Malaysia,” sambung Hermanto.
Menurut Hermanto, untuk memaksimalkan PLBN Aruk dalam mendorong peningkatan perekonomian masyarakat harus menjadikan PLBN Aruk sebagai pintu ekspor-impor secara resmi. Sehingga memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan ekspor-impor.
“Tentunya ada beberapa persoalan mengapa hal ini bisa terjadi, diantaranya masalah regulasi. Bagaimana kita bisa mendorong agar PLBN Aruk bisa dijadikan sebagai pintu ekspor impor secara resmi baik dari sisi Pemerintah Indonesia ataupun dari pihak Pemerintah Malaysia, dan tentunya hal ini melibatkan lintas kementerian dan bahkan lintas negara. Kalau masalah regulasi ini bisa diselesaikan, harapan Bapak Presiden RI pada saat meresmikan PLBN Aruk pada tahun 2017 yang lalu, yaitu menjadikan PLBN Aruk menjadi centra pertumbuhan ekonomi baru itu akan terwujud.”jelasnya(Rai)
Comment