by

Joglo Berdiri, Budaya Berseri! Sambas Resmikan Rumah Joglo Berkemajuan: Simbol Guyub Rukun ala Paguyuban Jawa

Sambas, Media Kalbar – Kalau biasanya rumah dibangun karena butuh tempat berteduh, kali ini rumah dibangun karena rindu akan kebersamaan. Bukan rumah biasa, tapi Rumah Joglo Sambas Berkemajuan, berdiri gagah di Dusun Sebenua, Kecamatan Sambas. Dan bukan pula peresmian biasa, karena hari Sabtu yang cerah ini dibumbui semangat budaya, guyub rukun, dan bahkan sentuhan wayang kulit di malam harinya!

Acara peresmian yang penuh makna ini diselenggarakan dalam rangka pelantikan Pengurus Paguyuban Masyarakat Jawa Budi Luhur Kabupaten Sambas periode 2024–2029, yang berlangsung dari 26 hingga 28 Juni 2025. Tapi puncaknya, ya hari ini: Sabtu, 28 Juni 2025, saat rumah yang dulunya hanya “pondasi” itu kini telah menjadi simbol kejayaan dan kebersamaan.

Bupati Sambas Resmi, Tapi Hatinya Bahagia

Turut hadir Bupati Sambas, H. Satono, yang tampak lebih sumringah dari biasanya. “Saya paling senang, paling bahagia hari ini, karena kita bisa sama-sama berada di atas lantai rumah joglo yang telah lama diidamkan,” ucapnya sambil tersenyum penuh makna.

Bupati Satono menyampaikan bahwa sejak ia menjabat tahun 2021, Pemda berkomitmen membangun ruang-ruang budaya yang ramah dan terbuka bagi seluruh etnis. Rumah Adat Melayu dibangun pada 2022, disusul Rumah Adat Dayak di 2023. Dan kini, giliran Rumah Joglo, rumah yang tidak hanya berbentuk, tapi juga menyentuh hati.

“Ini hasil dari doa dan kerja keras masyarakat Paguyuban Jawa yang patut kita apresiasi,” tambahnya, sembari mengajak semua pihak memanfaatkan rumah ini sebagai sarana silaturahmi, pelestarian budaya, dan dialog antar etnis.

Haji Ganjar Eko Prabowo: Joglo Ini Warisan, Bukan Cuma Bangunan

Ketua Paguyuban Jawa, dr. H. Ganjar Eko Prabowo, M.M, juga menyampaikan haru dan bangganya. Dengan penuh semangat, beliau menegaskan bahwa rumah ini bukan sekadar bangunan beratap limasan, tapi simbol persaudaraan dan pelestarian budaya.

“Rumah ini adalah ruang terbuka untuk dialog budaya, silaturahmi, dan mempererat tali persaudaraan antar-etnis di Kabupaten Sambas,” jelasnya.

Ia pun menyampaikan apresiasi mendalam kepada Pemda dan khususnya kepada Bupati Satono yang telah mendorong terwujudnya rumah ini.

Tak lupa, beliau juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang ikut gotong royong, hingga dalam waktu setahun rumah ini berdiri megah.

Slogan Sakral dan Sakralnya Slogan
Acara ini bukan hanya seremonial. Paguyuban ini membawa falsafah dalam semboyan yang sakral:

“Bumi dipijak, langit dijunjung, guyub rukun saklawase” Yang artinya: menghormati adat istiadat lokal, hidup damai berdampingan tanpa konflik, sebuah nilai yang makin penting di tengah dunia yang kian gaduh.

Wayang Kulit Menutup Hari, Tapi Membuka Hati
Acara dilanjutkan dengan pagelaran seni budaya dan wayang kulit di malam harinya. Karena, kalau sudah bicara tentang budaya Jawa, belum lengkap tanpa suara gamelan dan tokoh-tokoh pewayangan yang bisa bikin kita mikir sekaligus tersenyum geli.

Joglo berdiri, bukan hanya untuk berteduh dari panas hujan, tapi tempat di mana semua budaya bisa duduk bersama. Sambas membuktikan bahwa di tengah keberagaman, kita bisa hidup berdampingan, rukun, harmonis, dan penuh cinta budaya. (Rai)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed