by

Pembuktian

Oleh: Abdul Jamil Al Rasyid*
Pembuktian adalah melihatnya suatu kebenaran, meyakinkan orang lain agar apa yang dikatakan itu terjadi dengan sebenarnya. Pembuktian merupakan hasil dari kata-kata yang dilontarkan kepada seseorang. Bisa dibilang sebagai tagihan seseorang yang pernah berkata di masa lalu untuk masa depannya. Pembuktian bisa terjadi sekarang atau di masa depan. Hal ini dapat dipungkiri bahwa kata-kata yang ditagih tersebut bisa saja terealisasi dengan baik ataupun tidak. Merelealisasikan pembuktian tersebut butuh proses yang panjang karena tanpa ada proses pembuktian bisa saja tidak berhasil.
Dalam hidup proses untuk menggapai sesuatu sangat diperlukan, pembuktian merupakan hasil dari cita-cita seseorang untuk sukses. Hasil dari tersebut yang membuat bahwa seseorang telah membuktikan bahwa dia itu bisa. Diatas dunia memang tidak ada yang mudah untuk direlealisasikan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa itu semua tidak mungkin. Semua bisa menjadi mungkin dengan kerja keras serta usaha untuk merealisasikan pembuktian tersebut. Makanya pembuktian sangat wajib untuk terealisasi sesuatu dengan proses yang sudah dijalani.
Pembuktian identik dengan kata-kata seseorang karena kata-kata yang dilontarkan di masa lalu harus diubah di masa depan. Masa depan adalah kunci dari pembuktian, kita bisa memperlihatkan bahwa di masa depan kita akan bisa menjadi apa yang kita ucapkan di masa lalu. Misalnya kita pernah mengucapkan bahwa kita akan sukses di usia 25 tahun, dengan tekad dan usaha yang kuat kita akan sukses di usia tersebut. Kita selalu berusaha agar kata-kata yang pernah kita ucapkan tersebut tercapai dengan semestinya. Capaian itu adalah bonus, kita harus menikmati proses untuk membuktikan bahwa kita itu bisa.
Pembuktian juga identik dengan cemoohan serta diremehkan oleh orang lain. Penulis pernah merasakan ketika penulis pernah mempunyai teman dekat. Dia mengatakan serta menuntut kepada penulis, bahwa penulis harus sukses, harus mempunyai prestasi serta harus rajin dalam sekolah. Karena penulis tidak mendengarkan kata-kata yang dilontarkannya, dia pergi dari penulis. Hal ini seakan-akan menjadi tamparan keras buat penulis karena pada saat itu menurut penulis bukan waktunya untuk membahas masa depan. Akan tetapi apa yang dia lontarkan di masa lalu tersebut membuat perubahan dalam diri penulis.
Penulis masih ingat bagaimana dia mengatakan itu seolah-olah dia itu meremehkan penulis dengan nada mengejek. Hal ini membuat penulis sakit hati serta dendam. Penulis mengatakan suatu saat nanti, dia akan terkejut dengan perlakuan dia terhadap penulis. Penulis marah dengan nada mengejek dia walaupun tujuan dia sebenernya baik. Sekarang ketika penulis sudah membuktikan diri penulis kepada dirinya. Dirinya seakan-akan terdiam serta menyesal telah mengatakan hal tersebut kepada penulis.
Dari contoh diatas kita bisa belajar bahwa jangan mudah saja meremehkan seseorang karena belum tentu orang itu kita anggap sebagai apa yang kita lihat saat ini. Belum tentu di masa depan dia akan memberikan kesan yang baik untuk semua orang. Jangan terlalu cepat berpikir bahwa untuk saat ini orang itu memang belum menjadi siapa-siapa tetapi di masa depan belum tentu orang itu akan menjadi dirinya saat sekarang. Ketika orang tersebut dia bisa membuktikan apa yang kita tuntut di masa lalu. Apa yang mau kita katakan lagi?
Makanya ketika kita menghina seseorang yang kurang uang. Kita harus meyakini bahwa dia suatu saat akan punya uang yang banyak. Hidup merupakan teka-teki yang tidak tahu apa jawabannya. Makanya untuk orang yang sering memandang orang lain dengan uang maka hal ini adalah hal yang salah. Orang yang berpikir akan kalah dengan orang yang punya uang. Uang bukanlah patokan untuk kehidupan, ada hal lain yang tidak bisa dibeli dengan uang salah satunya adalah akhlak seseorang.
Untuk itu, jangan mudah saja untuk meremehkan orang lain karena mulut kita akan dibungkam suatu saat dengan kata-kata yang diucapkan di masa lalu. Kita harus bisa menanggung resiko ketika kita melecehkan orang lain. Ketika seseorang yang memandang orang lain dengan uang, maka hindari hal itu dari sekarang, karena setiap orang mempunyai uang, setiap uang bisa dicari. Kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang. Makanya jangan mudah saja untuk menghina seseorang ketika dia sedang berada dibawah. Ketkka kita tidak suka dengan orang itu diamkan saja. (*)

*Abdul Jamil Al Rasyid Lahir Di Padang Pariaman, Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas, Anggota Lembaga Mahasiswa Jurusan(Lmj) Sastra Minangkabau, Penulis Pernah Menerbitkan Tulisan Di Berbagai Media 34 Provinsi Indonesia, Penulis Sekarang Berdomisili Di Padang Pariaman, Sumatera Barat, Santri Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Nurul Ikhlas Patamuan Tandikek

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed