by

Puasa Sarana Meraih Takwa

Oleh: Mustafa*

Ramadhan adalah bulan yang dinanti oleh umat Islam sedunia. Karena di bulan ini banyak sekali rahmat dan pahala yang diberikan oleh Allah Swt bagi hamba-Nya yang sungguh-sungguh memanfaatkan bulan ini untuk beribadah. Puasa panggilan bagi orang-orang beriman yang ingin merubah diri menjadi lebih baik. Puasa adalah ibadah yang telah disyariatkan kepada umat-umat terdahulu. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an surah al-Baqarah: 183 Allah Swt berfirman; “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.

Puasa yang dilaksanakan oleh umat terdahulu dengan cara dan tujuan bermacam-macam. Ada yang berpuasa hanya menahan diri dari berkata-kata, seperti yang pernah dipraktikkan kaum Yahudi sebagaimana firman Allah Swt, dalam al-Qur’an surah Maryam: 26, “Jika engkau melihat seseorang, katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar puasa (bicara) untuk Tuhan Yang Maha Pengasih. Oleh karena itu, aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.”

Ada pula melaksanakan puasa sebagai bentuk berkabung dan duka-cita. Misalnya Nabi Daud as melaksanakan puasa tujuh hari pada waktu putranya yang masih kecil sakit (Samuel, 12: 16-19). Dalam riwayat yang lain, Nabi Daud as melaksanakan puasa berselang-seling, yaitu sehari berpuasa dan sehari berbuka yang diamalkan sepanjang tahun.

Nabi Musa as yang menetapkan bahwa hari penebusan adalah hari puasa, pada bulan yang ketujuh pada tanggal sepuluh bulan itu, tujuannya agar menjadi orang yang rendah hati. Sementara itu, para pendeta menebusi mereka agar suci dari pada dosa (Imamat, 16: 29). Nabi Musa as juga pernah berpuasa selama 40 hari dalam rangka persiapan untuk menerima wahyu.

Agama Nasrani tidak membawa konsep baru dalam pelaksanaan puasa, tetapi hanya meneruskan apa yang sudah ada dalam agama Yahudi, demikian juga Nabi Isa as pernah berpuasa selama 40 hari 40 malam (Matius, 4: 2).

Umat Islam berpuasa bukan pertanda duka-cita, kemalangan, ataupun tanda berkabung sebagaimana yang telah disebutkan cara-cara dan tujuan puasa oleh umat atau para Nabi dan Rasul terdahulu, tetapi umat Islam melaksanakan puasa sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw yakni sebagai tanda pengabdian hamba dan rasa syukur atas seluruh anugerah nikmat yang telah diberikan oleh Allah Swt kepada para hamba-Nya dengan tujuan untuk memperoleh derajat takwa. Sebagaimana dalam firman Allah Swt, dalam al-Qur’an surah al-Baqarah:183, yaitu untuk meraih tingkat kemuliaan disisi Alllah Swt yakni menjadi orang-orang yang bertakwa. Bertakwa yakni menjalankan perintah Allah Swt dan menjauhi semua larangan-larangan-Nya (imtitsalu awamirillah wa-ijtinabu nawahih). Namun masalahnya adalah dengan predikat orang bertakwa disisi Allah Swt memiliki tingkatan yang berbeda-beda, “Sesungguhnya orang yang paling mulia dari kalian disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa”. (QS. al-Hujurat: 13). Dengan kata lain, menjadi orang bertakwa bukan satu-satunya tujuan akhir sebab jika ada orang yang bertakwa, maka ada yang lebih bertakwa lagi. Jika ada yang lebih bertakwa, maka ada yang paling bertakwa. Meskipun sangat sulit untuk menjadi orang bertakwa, apalagi memperoleh predikat orang yang paling bertakwa. Untuk menjadi orang yang paling bertakwa adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam menjalankan perintah Allah Swt dan menjauhi seluruh larangan-larangan-Nya.

Adapun indikator puasa sarana meraih takwa diantaranya adalah; pertama, puasa. Puasa di bulan Ramadhan wajib hukumnya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (QS. al-Baqarah: 183). Puasa di bulan Ramadhan merupakan penghapus dosa-dosa yang terdahulu apabila dilaksanakan dengan ikhlas berdasarkan iman dan hanya mengharapkan pahala dari Allah Swt. Sebagaimana Hadist Rasulullah Saw yang diriwayatkan Abu Hurairah, “Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan engkau untuk berpuasa, karena dibuka pintu surga, ditutup pintu neraka dan dibelenggu setan-setan, serta akan dijumpai suatu malam yang nilainya lebih berharga dari seribu bulan. Barang siapa yang tidak berhasil memperoleh kebaikan, Sungguh ia akan mendapatkan itu untuk selama-lamanya.” (An-Nasai dan Al-Baihaqi).

Mengerjakan amalan-amalan wajib dan sunah, jika dikerjakan di bulan Ramadhan akan dilipat gandakan sampai tujuh ratus kali lipat kecuali puasa, sebagaimana dalam Hadist Qudsi, “Semua amalan anak adam akan dilipat gandakan untuk menjaga hati dalam Islam agar ikhlas dan tenang (balasannya), satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat.” Allah Swt berfirman: “Kecuali puasa sesungguhnya itu untuk-Ku, dan Aku yang langsung membalasnya. Hamba-Ku telah meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.” (HR. Muslim).

Kedua, membaca al-Qur’an. Membaca dan memahami isi kandungan al-Qur’an sangat dianjurkan di bulan Ramadhan, Karena kitab suci al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan atau yang disebut dengan Syahrul Quran. Sebagaimana firman Allah Swt. “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS. al-Baqarah:185). Membaca satu haruf al-Qur’an di bulan Ramadhan akan diganjar pahala berlipat ganda.

Ketiga, shalat tarawih. Shalat tarawih disyari’atkan berdasarkan hadits ‘Aisyah ra, ia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Saw keluar pada waktu tengah malam, lalu beliau shalat di masjid, dan shalatlah beberapa orang bersama Rasulullah Saw. Di pagi hari, orang-orang memperbincangkannya. Ketika Rasulullah mengerjakan shalat (di malam kedua), banyaklah orang yang shalat di belakang Rasulullah. Di pagi hari berikutnya, orang-orang kembali memperbincangkannya. Di malam yang ketiga, jumlah jamaah yang di dalam masjid bertambah banyak, lalu Rasulullah keluar dan melaksanakan shalatnya. Pada malam keempat, masjid tidak mampu lagi menampung jamaah, sehingga Rasulullah hanya keluar untuk melaksanakan shalat Subuh. Tatkala selesai shalat Subuh, beliau menghadap kepada jamaah kaum muslimin, kemudian membaca syahadat dan bersabda, “Sesungguhnya kedudukan kalian tidaklah samar bagiku, aku merasa khawatir ibadah ini diwajibkan kepada kalian, lalu kalian tidak sanggup melaksanakannya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Keempat, menghidupkan malam-malam lailatul qadar. Lailatul qadar adalah malam yang lebih baik dari pada seribu bulan, dan ada yang berpendapat bahwa lailatul qadar terjadi di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan yakni pada malam-malam ganjil, yaitu malam 21, 23, 25, 27, dan 29. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (QS. al-Qadr: 3).

Kelima, i’tikaf. I’tikaf berarti berdiam di masjid untuk beribadah kepada Allah dengan cara tertentu sebagaimana telah diatur oleh syari’at. I’tikaf merupakan salah satu sunnah yang tidak pernah ditinggal oleh Rasulullah Saw, seperti yang diceritakan oleh Aisyah ra: “Sesungguhnya Rasulullah selalu i’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan sampai meninggal dunia, kemudian istri-istri beliau beri’tikaf sesudah beliau.” (Muttafaqun ‘alaih). I’tikaf merupakan cara yang paling baik untuk mendapatkan malam lailatul qadar. Selain yang disebutkan di atas masih banyak lagi amalan-amalan yang dapat dilakukan di bulan Ramadhan. Banyak riwayat yang menjelaskan tentang keistimewaan bulan Ramadahan, diantaranya : “Jika tiba bulan Ramadhan, maka dibuka pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu semua syaitan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Riwayat lain menjelaskan “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap ridha Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR Bukhari).

Akhirnya, kita bersyukur karena tahun ini Allah mempertemukan kembali dengan bulan Ramadahan, doa-doa kita dua bulan yang lalu telah diijabah oleh Allah Swt, (Allahumma barik lana fi Rajaba wa Sya’bana wa ballighna Ramadhana) “Ya Allah, berkatilah kami pada bulan Rajab dan bulan Syaban sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan”. Jadikanlah puasa di bulan Ramadhan ini sebagai sarana untuk meraih takwa kepada Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ramadhan yang penuh berkah sebagai momentum memperbanyak amalan saleh untuk menyelamatkan diri dan keluarga dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah, baik dengan taubat, munajat dan berkhidmat. Marilah kita jadikan puasa di bulan Ramadhan ini benar-benar menjadikan diri kita menjadi bertakwa dan lebih bertakwa lagi. Semoga. (*)

*Penulis Pengurus ICMI Kota Pontianak dan Sekretaris DPD FKOB Kota Pontianak.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed