YOGYAKARTA, Media Kalbar
PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) anak perusahaan PTPN III (Persero) Holding Perkebunan, menyoroti pentingya kolaborasi antara lembaga pendidikan dan industri gula mendukung sumber daya manusia perkebunan yang berkualitas, hal ini disampaikan dalam kegiatan Sugar Insight Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Yogyakarta Kamis (29/02).
“Penting adanya kolaborasi dunia akademis dengan industri gula dalam menciptakan SDM yang tidak hanya fokus, pada technical skill dan soft skill namun juga digital skills terlebih kedepan akan dibutuhkan tambahan tenaga kerja hampir dua kali lipat dari eksisting saat ini untuk mencapai swasembada gula nasional di tahun 2030”, ungkap Aris Toharisman Direktur Utama SGN.
Menurutnya saat ini dibutuhkan digital skills selain technical skills dan soft skills, sehingga melengkapi kompetensi planters untuk mendukung produksi gula serta pencapaian swasembada gula nasional. Sebagai bagian upaya pencapaian tersebut, PTPN Group melalui SGN mentargetkan produksi gula sebesar 2,2 juta ton gula tahun 2028 dan 5,5 juta ton pada tahun 2030.
“Selain kembali ke basic budidaya tanaman, pemanfaatan teknologi digital dapat mendukung percepatan produksi. Berbagai aplikasi dan digitalisasi teknologi menjadi piranti digunakan di industri gula, untuk itu dunia akademis khususnya pendidikan gula perlu memasukkan digital skill dalam salah satu topik pengajaran”, jelasnya kemudian.
Aris Toharisman merujuk pada penerapan digitalisasi dan teknologi informasi di SGN yang membantu akselerasi pencapaian target hingga monitoring proses produksi. Digitalisasi SGN tersebut antara lain, Enterprise Resources Planning System Application and Product in data processing (ERP SAP), E Office, E Contract , IPS Integrated, Human Capital Information System (HCIS), Sistem Monitoring Asal Tebu (Sugarcane Management Supply), Production Information System (Prodis) dan E-taskforce.
“Implementasi digital tools pada sektor perkebunan terbukti dapat meningkatkan yield serta efisiensi sehingga industri perkebunan indonesia dapat setara dengan industri global”, tutup Aris Toharisman. (bis/Amad)
Comment