Oleh: Rosadi Jamani
Kalau Timnas sepakbola berbicara di tingkat dunia, rasanya masih jauh. Entah kapan bisa. Lawan Filipina saja ngos-ngosan. Apalagi lawan Jerman. Dalam hal sepakbola, oke sulit mendunia, tapi dalam hal bahasa, kita sudah bisa wak. Pada konsensus Pleno Konferensi Umum ke-42 Unesco di Markas Besar Unesco PBB di Paris Perancis, 20 November 2023 lalu, Bahasa Indonesia disahkan sebagai bahasa resmi dunia ke-10. Bangga ndak? Ya, banggalah. Bahasa yang kita pelajari dari SD sampai Perguruan Tinggi, dituturkan setiap hari menjadi bahasa dunia. Bisa sejajar dengan Bahasa Inggris, Mandarin, Arab, Spanyol, Perancis, Portugis, Hindi, Rusia, dan Italia. Infonya negeri jiran, iri bos. Tak usah bilang-bilang ya!
Apa yang membuat Bahasa Indonesia masuk nominasi 10 bahasa dunia. Salah satunya, dituturkan 152 juta orang. Bukan sedikit ni wak. Belum lagi ditambah ada 52 negara memasukkan Bahasa Indonesia dalam kurikulum pendidikannya. Berarti ada sekitar 15 ribu orang asing yang menuturkan bahasa kita. So, jangan minder berbahasa Indonesia di forum internasional. Jangan malu tak bisa bahasa Inggris, cukup Bahasa Indonesia bisa ikut sidang-sidang dunia. Keren kan.
Bahasa Indonesia asal muasalnya dari Bahasa Melayu. Orang Indonesia patut berterima kasih pada puak Melayu. Sejak tahun 1928, rakyat Indonesia bersepakat menggunakan Bahasa Indonesia dalam Sumpah Pemuda. Padahal, waktu itu negara Indonesai belum ada lho. Tapi, perwakilan rakyat Indonesia bersepakat menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi.
Semenjak itu, Bahasa Indonesia diciptakan. Mirip dengan Bahasa Esperanto adalah bahasa buatan yang diciptakan oleh L.L. Zamenhof, dan merupakan bahasa buatan yang paling banyak diucapkan di seluruh dunia.
Kongres Bahasa Indonesia I, tahun 1938 di Solo, sudah menggunakan Bahasa Indonesia ejaan Van Ophuijsen. Tahun 1947, ejaan Bahasa Indonesia berubah lagi menjadi ejaan Soewandi. Karena bahasa ciptaan, setiap kongres, ejaan selalu berubah. Pada Kongres Bahasa Indonesia II di Medan (1954), ejaan berubah lagi menjadi Ejaan Pembaharuan. Cuma ejaan ini tak sempat diresmikan oleh pemerintah.
Tahun 1972, ejaan berubah lagi menjadi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) atau dikenal juga EYD Mashuri. Tiga tahun kemudian, berubah lagi menjadi Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan. Lalu, pada tahun 1988, berubah lagi menjadi Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD). Terakhir, pada 26 November 2015, ejaan berubah menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) menggantikan EYD yang sudah berlaku sejak 1972. Tidak menutup kemungkinan, ejaan inipun akan berubah lagi mengikuti zaman.
Adanya perubahan ejaan itu membuat Bahasa Indonesia semakin mudah dipelajari. Tidak kaku. Ia banyak mengakomodir bahasa-bahasa lokal daerah. Bahasa Dayak, Bugis, Melayu, Sunda, Jawa, Madura, dll setiap tahun ada disetorkan untuk dibahasaindonesiakan. Begitu juga bahasa asing. Termasuk bahasa-bahasa gaul sering dimasukkan menjadi bahasa resmi. Setiap tahun ada banyak penambahan kosa kata baru. Di sini kerennya Bahasa Indonesia, sehingga cepat mendunia. Orang Arab di Mekah dan Madinah saja sering gunakan Bahasa Indonesia kalau berdagang.
Faktor lainnya, lagu penyanyi kita sering viral di negara tetangga. Belum lagi canel-canel youtube orang kita yang kreatif secara tak langsung mempromosikan Bahasa Indonesia seluruh dunia. Keramahtamahan orang kita juga ikut jadi pemicu orang asing ingin belajar bahasa dunia ke-10. Kita patut bangga, bahasa kita bukan lagi bahasa pinggiran, melainkan bahasa kelas dunia. Bangga! (*)
Comment