Jakarta, Media Kalbar
Pemerhati Masalah Sosial Politik yang juga Penggiat Media Sosial, Adi Supriadi Kota Bandung menilai aksi demo Aliansi BEM SI tenggelam oleh kejadian yang dialami oleh Ade Armando
Seperti diketahui, ribuan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM SI menggelar aksi demo di depan DPR RI, Senin (11/4).
“Jadi, kisah unjuk rasa 11 April berakhir dengan isu Pemukulan Ade Armando, hilang sudah isu yang diusung Mahasiswa yang terdiri dari 6 Poin Tuntutan tersebut, Target Pemerintahan Oligarki Tercapai“ Ujar Adi Supriadi kepada Media, Selasa (12/4).
Adi menjelaskan bahwa suara tuntutan dari para mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM SI itu tidak terdengar, dan ini memang sudah diskenariokan begitu oleh mereka yang punya kepentingan agar isu yang diangkat mahasiswa tidak lagi terdengar.
“Dari awal Pemerintahan Jokowi, sejak 2014 kondisi-kondisi begini memang sudah diantisipasi, agar apa yang dilakukan Mahasiswa atau siapapun yang melakukan Aksi tidak mempengaruhi pikiran rakyat banyak, cara bisa macam-macam, salah satunya yang dilakukan Ade Armando yang tidak jelas apa fungsi dan perannya dalam Aksi tersebut, sudah jelas dapat dikatakan bahwa kalau mau disebut Penyusup dalam Aksi tersebut adalah Ade Armando “ Tegas Pria Kelahiran Ketapang, Kalimantan Barat ini.
Pada dasarnya memang kehadiran Ade Armando tidak jelas sama sekali, mewakili siapa dan atas nama siapa? Dan dikonfirmasi kepada Aliansi BEM SI tidak satupun yang mengundang Ade Armando dalam statusnya sebagai apapun dalam aksi tersebut. Dapat dikatakan memang Ade Armando salah satu penyusup dalam Aksi 11 April 2022 kemarin.
Selain itu Pengamat komunikasi dan politik Jamiluddin Ritonga menduga ada penyusup yang sengaja memprovokasi demo 11 April oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI). Menurutnya, penyusup itu sengaja mendesain tindak kekerasan untuk menciptakan keributan, sehingga mengalihkan wartawan dari agenda utama mahasiswa melakukan demo.
“Dalam kasus tersebut, tampaknya motif menciptakan kerusuhan sudah berhasil,” ujar Jamiluddin kepada Media, Selasa (12/4).
Terlebih, dia menyoroti hadirnya pegiat media sosial Ade Armando yang babak belur oleh massa. Akademisi dari Universitas Esa Unggul itu menilai pengalihan isu demo 11 April benar-benar terjadi.
“Oleh karena itu, sebaiknya media melihat aksi demo mahasiswa lebih proporsional,” katanya.
Dengan begitu, pemberitaan tidak menonjolkan kekerasan terhadap Ade Armando dan tetap konsisten pada tuntutan mahasiswa. Dia menyebut mahasiswa tahu demokrasi dan tidak menghendaki kekerasan. Siapa yang memancing kekerasan dalam Aksi tersebut, Ade Armando memang sudah dikenal sebagai buzzer yang ada dalam barisan Pemerintahan Oligarki saat ini, tiba-tiba muncul di tengah mahasiswa yang Anti oligarki. Ini kelucuannya. (*/amad)
Comment