Oleh: Mustafa*)
Sumur, dapur dan kasur identik dengan tempat yang dikultuskan untuk seorang perempuan, inilah paradigma kolot yang tidak sesuai dengan zaman. Hal ini diawali dengan gerakkan emansipasi wanita yang dahulu diperjuangkan oleh Raden Adjeng Kartini.
Sikap nasionalisme seorang Raden Adjeng Kartini sudah tidak diragukan lagi, beliau berani mendobrak keterbatasan gerak seorang perempuan dengan istilah emansipasi wanita, namun sangatlah disayangkan perempuan zaman now yang memelintir makna dari emansipasi sehingga banyak perempuan sekarang justru kebablasan, lupa akan kodratnya sebagai sosok perempuan yang seharusnya memiliki kepribadian atau sikap yang lemah lembut, santun dan ramah sudah mulai hilang dari dirinya.
Jika dahulu Raden Adjeng Kartini memperjuangkan kaum perempuan dari penjajah yang merampas hak-haknya, di zaman now justru peran perempuan dalam segala aspek kehidupan telah digantikan oleh lelaki, terutama perannya dalam kehidupan keluarga. Peran perempuan dalam keluarga adalah sebagai anak untuk orang tuanya, sebagai seorang istri untuk suaminya dan sebagai seorang ibu untuk anak-anaknya.
Melalui momentum peringatan hari Kartini mari kita teladani gerakan dan pemikiran Raden Adjeng Kartini yang masih sesuai dengan zaman yaitu semoga tidak ada lagi diskriminasi hanya karena gender, memperoleh pendidikan yang tinggi sehingga kita mampu berprestasi dibidang yang sedang ditekuni.
Raden Adjeng Kartini salah satu pahlawan nasional yang lebih dikenal karena perjuangannya dalam emansipasi wanita, sehingga atas perjuangannya tersebut para perempuan mampu berkarir bahkan mampu mengisi setiap profesi-profesi yang bergensi seperti sekarang, banyak wanita yang jadi menteri, kepala pemerintahan, politisi, menjadi kepala suatu instansi, dan bekerja sebagai pramuniaga, driver gojek, hingga menjadi ibu rumah tangga.
Kartini zaman now bukanlah mereka yang berjuang untuk emansipasi lalu menyalahgunakannya kedok kebebasan. Karena emansipasi bukanlah pemberontakan perempuan terhadap kodrat keperempuanannya. Jika hari ini masih ada anak-anak yang kesepian hingga terlibat narkoba. Jika hari ini masih ada anak-anak yang dicaci maki bundanya karena ia merasa sudah berjuang mati-matian untuk anaknya. Bahkan jika hari ini, masih ada anak-anak yang terluka hatinya karena bundanya. Itu tanda bahwa Kartini zaman now hanya sebatas ambisi bukan sikap.
Namun setiap diri ini memiliki tuntutan dan tanggung jawab masing-masing supaya kelak diharapkan akan mempertanggungjawabkan sebagai kodratnya, sebagaimana hadist Rasulullah SAW bersabd; “Kalian adalah pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinan kalian. Seseorang penguasa adalah pemimpin, seorang suami adalah seorang pemimpin seluruh keluarganya, demikian pula seorang istri adalah pemimpin atas rumah suami dan anaknya. Kalian adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian” (HR. Bukhari dan Muslim).
Lantas apa yang perlu dipersiapkan seorang perempuan agar mampu menjadi sosok Kartini zaman now ini? Perlu diingat yang perlu diteladani dari Raden Adjeng Kartini adalah memajukan perempuan agar mampu menjalani kehidupan yang lebih baik, peradaban serta moralitas manusia. Hal ini tidak akan terlepas dari pentingnya peran perempuan dalam bidang pendidikan dan pengajaran bagi anak-anaknya.
Artinya Kartini di zaman now meski memiliki pendidikan yang tinggi, perempuan yang nanti menjadi seorang ibu. Sebab ibu adalah Madrasah atau tempat pendidikan awal bagi anak-anaknya. Anak pertama sekali berkenalan dengan ibu dan bapak serta saudara-saudaranya. Melalui perkenalan inilah terjadi proses penerimaan pengetahuan dan nilai-nilai yang hidup dan berkembang dilingkungan keluarga, segala apa yang diterimanya pada proses awal itu akan menjadi referensi kepribadian anak.
Di dalam lingkungan keluarganya (informal) yang berperan menjadi pendidik adalah orang tua dan cara orang tua dalam membimbing anak belajar di rumah berbeda satu sama lain. Karena tingkat pendidikan orang tua yang berbeda-beda pengetahuan cara membimbing anak dalam belajar belum dikuasai oleh semua orang tua, disebabkan tidak semua orang tua mempunyai tingkat pendidikan tinggi.
Cara membimbing anak dalam belajar di rumah akan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, sehingga anak akan mempunyai prestasi belajar yang berbeda sesuai dengan bimbingan yang diperoleh anak dari orang tuanya. Begitulah salah satu peran penting seorang perempuan yang berpendidikan agar mampu membimbing, memotivasi anak dalam belajar.
Seorang perempuan atau ibu dalam lingkungan keluarga mempunyai peran penting untuk mencapai keberhasilan anaknya dalam merubah karakter. Namun terkadang tanggungjawab itu kurang disadari oleh orang tua sehingga sering timbul bahwa kurangnya keberhasilan anaknya merupakan akibat kurangnya perhatian dan tanggung jawab pengelola pendidikan.
Kesetaraan gender dalam bidang pendidikan yang dahulu diperjuangkan Kartini sampai saat ini masih relevan adalah untuk mencerdaskan anak bangsa sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari pendidikan kita bisa merubah moralitas dan intelektual anak bangsa.
Perempuan zaman now yang mampu meniru sosok Kartini, mereka yang memiliki kepribadian yang menarik dan luar biasa, mereka tidak terpengaruh oleh perkataan orang lain mengenai dirinya, namun selalu optimis dalam meraih impiannya meski orang lain berkata sebaliknya. Seperti Kartini yang selalu positif “thinking” bahwa ia mampu melakukan perubahan besar sehingga sejarah mencatatnya.
Sosok Raden Adjeng Kartini yang berani dan cerdas kiranya perlu dicontoh dan diteladani bagi perempuan zaman now. Kartini yang mampu mengutarakan pemikirannya, mampu membuat suatu perubahan, hal ini harus dimulai dari diri sendiri dengan cara belajar sungguh-sungguh dan mencoba berkarya sehingga mampu mencapai suatu prestasi gemilang.
Sesungguhnya setiap hari Kartini hendaknya diisi dengan kegiatan yang bermanfaat dengan tujuan mengenang sosok Kartini dalam perjuangannya. Memperjuangkan perempuan dalam aspek kehidupan, baik dalam bidang Pendidikan, keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu penting bagi para perempuan dan orang tua memiliki kepekaan atau kepedulian yang tinggi terhadap pendidikan anaknya dengan cara selalu mengevaluasi hasil belajar anak, membimbing, memotivasi anak supaya lebih giat dalam belajar.
Guru dan orang tua harus mampu menjadi figur yang layak di contoh dari segi akhlaknya. Memperingati hari Kartini tidak cukup dengan mengucapkan selamat hari Kartini sebagai perempuan, ibu dari orang tua anak-anaknya. Sepatutnya menghargai dan mengenang beliau dengan cara berusaha menjadi Kartini di zaman now. Wallahua’lam bhissawab.
*)Penulis: Guru PAI Madrasah Aliyah Tarbiyatul Islamiyah Rantau Panjang Kabupaten Landak dan Sekretaris DPD FKOB (Forum Komunikasi Orang Bugis) Kota Pontianak.
Comment