Sambas, Media Kalbar
Proyek Padat Karya Jalan Desa Ratu Sepudak Tahun Anggaran 2022 yang bersumber dana Pemprov Kalbar telah selesai dikerjakan pada Januari 2023 lalu. Kendati demikian jalan tersebut tidak terlepas dari kontroversi, lantaran belum lama berselang jalan yang dikerjakan oleh Bumdes Usaha Kitte kini telah mengalami kerusakan mulai batu yang timbul ke permukaan hingga keretakan.
Proyek padat karya yang alokasikan untuk pembangunan jalan berstatus Kabupaten tersebut memiliki nilai kontrak hampir 2 miliar rupiah yakni Rp. 1.999.948.000 dengan jangka waktu pengerjaan sekitar satu bulan. Meski demikian, faktanya jalan tersebut diselesaikan dengan kurun waktu lebih dari satu bulan.
Direktur Bumdes Usaha Kitte, Maryadi mengungkapkan bahwa pencairan dana pengerjaan proyek padat karya melalui dua tahap. Selain itu, proses pembelanjaan bahan material juga melalui suplayer lain yakni Fuad. Sehingga, pihak bumdes tidak melakukan pembayaran langsung ke toko melainkan melalui Puad.
“Pencairan anggaran dibagi menjadi dua, tahap awal 50% untuk pembelian material. Pembelanjaan ada langsung ke toko ada langsung ke kuari. Saya sendiri belanja langsung ke toko. Fuat sebagai pembantu penyuplai untuk menunjukkan kuari,” ungkap Maryadi.
Maryadi menjelaskan bahwa tidak ada kesepakatan khusus antara Fuad dengan pihak bumdes. Selain itu, menurutnya Fuad sendirilah yang mengajukan diri sebagai suplayer yang akan membantu sebagai pemasok material dalam pengerjaan proyek tersebut.
“Yang membuat inisiatif kerjasama dengan pak fuad, dia. Karena dia sebagai pembantu dan penyuplai, apalagi kita masih awam urusan angkutan, mencari kuari, jadi minta bantu dengan dia,” jelas Maryadi.
“Dalam kesepakatan dia cuma sebagai penyuplai ndak ada ikatan apa. Konsultan ndak ada, karena semua masyarakat, bumdes jadi pelaksana, pengawas dari masyarakat, tukang dan pekerja. Gambar ada, dari dinas,” tambah Maryadi.
Menurut Maryadi, alasan kenapa Fuad lebih mendominasi atau kerap muncul dalam proyek tersebut adalah sebagai upayanya dalam membantu orang tuanya yang akan mencalonkan diri pada pemilu 2024 mendatang. Dalam kesempatan itu juga, menurut Maryadi Puad menyempatkan untuk melakukan kegiatan politik dengan menjanjikan untuk membagikan semen kepada warga.
“Pekerja setempat dan dari kampung lorong yang memandu masyarakat. Jadi pak fuad yang merekomendasikan pekerja dari kampung lorong karena dia juga selaku penyuplai,” papar Maryadi.
“fuad mengambil keuntungan dari hasil suplai barang. Karena dia beli dengan orang, dan kita beli dari pak puad. Bumdes juga ada untungnya untuk bumdes, tapi juga tidak seberapa. Jadi pak puad mau mengenalkan bapaknya, bapak puad itu calon politik, makanya dia lebih dominan dalam pekerjaan padat karya ini,” sambung Maryadi.
Berdasarkan penjelasan Maryadi yang menyebutkan bahwa belanja material harus melalui Fuad, tentunya meninggalkan tanda tanya. Lantaran dirinya beralasan Fuad mampu menyediakan angkutan untuk mengangkut material hingga ke lokasi, padahal sebagian besar toko maupun penyedia material telah memiliki kendaraan sendiri untuk mengantar material jika melakukan pembelian dalam jumlah besar.
“Fuad dapat keuntungan dari penyuplaian barang. Dana masuk 50% belanja lewat puad, kemudian puad yang ke toko. Cuman saya tau, saya tau saya bayar bahan ke puad setiap bahan datang. Pembelian bahan sekitar sekitar 1,4m, kalau upah lain lagi, hanya sekitar 100juta lebih. Molen pengawas itu lain lagi,” pungkas Maryadi.(MK)
Comment