by

Terpercaya atau Terberdaya

Oleh: Rosadi Jamani

“Survei itu tergantung siapa yang bayar,” kata Prabowo. Ungkapan sudah lama ini ramai lagi dishare kubu lawannya. Hal ini setelah Populi Center merilis hasil surveinya. Pada survei ini, pasangan Prabowo-Gibran unggul telak dari Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin. Kubu Prabowo pun bersemangat me-spilt, me-spin, me-share ke segala penjuru. Kalau ada orang di bulan, pasti dikirimi hasil survei itu. Semua orang harus tahu. Tahu bahwa Prabowo-Gibran unggul. Kemenangan di Pilpres sudah di depan. Pendukung utamanya pasti sudah membayangkan jabatan menteri, komisaris, direktur utama, dsb.

Eforia unggul survei juga dirasakan kubu Ganjar-Mahfud (Gama) sebelumnya. Charta Politica merilis hasil surveinya, di mana pasangan Gama yang unggul. Unggul tipis sih dari Prabowo-Gibran. Sementara pasangan Amin terpaut jauh angkanya. “Siapa yang gak tahu Yunarto, beliaukan pro ke Ganjar,” nyiyir pendukung Prabowo kepada pemilik Charta Politica, Yunarto Wijaya. Pendukung koalisi gemuk meragukan hasil survei itu.

Ketika jagoannya unggul, ngeledek kubu lawan. Giliran berada di bawah, lembaga survei disalahkan, dicari dosanya. Ya, macam Populi Center yang menangkan Prabowo-Gibran, siapa di belakang itu. Ternyata salah seorang komisaris pendukung KIM. Begitu sindiran kubu lawan politiknya.

Mana yang terpercaya, mana yang terberdaya? Semua berbasis ilmiah, bukan nebak-nebak ya. Ada metodelogi yang digunakan. Sementara objek yang disurvei itu sama. Warga negara Indonesia yang dipilih secara acak. Mestinya hasil survei itu sama. Kalau pun tak sama, mendekatilah. Mirip Pilpres 2009, hampir seluruh lembaga survei menangkan Jokowi. Sisanya ada yang menangkan Prabowo. Hasil hitung manual KPU, hampir sama dengan hitungan lembaga survei yang sebelumnya menempatkan Jokowi teratas. Akibat hitungan lembaga survei, Prabowo dkk sempat sujud syukur di atas tanah. Tandanya, ada lembaga survei terpercaya dan terberdaya.

Masalahnya, semua lembaga survei itu sama-sama mengaku terpercaya. Sama-sama terpercaya, beda hasil. Memang, hasil saat ini belum bisa juga dipegang kepastiannya. Sebab, dalam hitungan hari jelang kampanye dan pencoblosan, suara bisa saja berubah. Akan ada momentum tak terduga yang bisa menaikkan atau menurunkan elektoral.

Bagi masing-masing kubu, hasil survei sebagai alat ukur untuk bergerak. Bila elekta turun, perlu upaya serius menaikkannya. Sebaliknya, bila naik, bagaimana terus mempertahankan trend kenaikkan itu. Begitu semestinya. Bukan malah terus menyalahkan lembaga survei. Perlu dicatat, bukan lembaga survei jadi penentu, melainkan pemilih di lapangan. Walau demikian, harus diakui lembaga surveilah paling dominan membentuk opini publik.

Pingin sekali ada lembaga survei yang suara Anies-Muhaimin teratas. Nyatanya, elekta pasangan Amin selalu berada di bawah. Makin ke sini semakin jarang diperbincangkan. Selalu ribut pendukung Gama sama koalisi KIM. Bisa saja sedang memainkan strategi, dua gajah berantem, semut yang menang. Saya tak bisa bayangkan, endingnya malah pasangan yang dianggap remeh itu, justru menang. Akan jadi headline dunia. “Apa kata dunia…!” (*)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed