KETAPANG, Media Kalbar – Sungai Tengar yang berada di desa Mekar Utama kecamatan Kendawangan Ketapang Kalimantan Barat Berubah warna. Perubahan itu terjadi diduga akibat dampak teraliri anak sungai buatan perusahaan pemurnian hasil tambang PT Wheel Harvest Winning atau WHW.
Temuan itu diungkapkan oleh LSM Peduli Kayong (PK) seusai melakukan cross cek lapangan pada akhir bulan November lalu. Bersama tim worknya, PK menelusuri hulu sungai Tengar dan berujung di anak sungai buatan persis di lokasi PT WHW.
Menurut PK, warna sungai Tengar saat itu seperti kuning, khas mirip tanah pertambangan bercampur dengan lumpur.
Akibat itu pula, ditemukan ikan-ikan kecil seperti “pingsan”, timbul ke permukaan air dalam jumlah banyak.
“Banyak ikan kecil yang kami temukan saat itu ada yang mati ada juga yang pingsan, kami ambil dan kami coba tanyakan ke warga setempat apa penyebab hal ini terjadi,” kata Suryadi, Selasa ini (21/12/2021).
Berdasarkan hasil keterangan dari warga setempat yang mendampingi pihaknya menelusuri sungai terdampak itu, Suryadi menirukan, peristiwa ini sudah sering terjadi, berlangsung hampir 2 tahun berjalan.
“Mereka (warga) pernah melaporkan peristiwa ini ke manajemen perusahaan, tapi tidak digubris,” ujarnya.
Ia kemudian membawa contoh atau sampel air sungai yang berubah warna tersebut ke Ketapang guna dilakukan pemeriksaan oleh dinas Lingkungan Hidup setempat.
Dari hasil uji laboratorium sementara, Suryadi mengatakan, air yang mereka uji tersebut memang telah tercampur dengan sesuatu bahan diduga hasil tambang.
“Info ini kami baca dari kertas uji laboratorium yang kami dapatkan itu,” katanya.
Selanjutnya, Suryadi sempat berkomunikasi dengan manajemen perusahaan pemurnian bauksit tersebut, yang intinya meminta informasi terkait temuan mereka dan memberikan hak perusahaan untuk menjelaskan berita yang pernah mereka rilis sebelumnya di salah satu media online.
Suryadi mengatakan, tidak ada klarifikasi atau penjelasan yang pihaknya dapatkan dari manajemen perusahaan asal Tiongkok itu.
Hal ini membuat Suryadi berasumsi bahwa temuan air bewarna coklat itu adalah akibat teraliri anak sungai buatan perusahaan bouksit.
“Tidak ada penjelasan atau keterangan apapun yang kami dapat terkait dengan temuan pencemaran air yang kami dapat. Mereka justru asyik dengan hal-hal yang justru bukan maksud dari pertemuan komunikasi itu,” ucapnya.
Kepala UPT Laboratorium Lingkungan Hidup Pemkab Ketapang, Edrus Hemawan mengatakan, pemeriksaan terhadap sampel air yang diajukan itu belum bisa dijadikan rujukan bahwa telah terjadi pencemaran.
Karena, banyak indikator yang perlu dilakukan guna memastikan ke-akurasian data dan sampel.
“Kami tidak berkesimpulan begitu, karena banyak faktor yang bisa mengindikasikan air sampel itu tercemar atau tidak,” kata Edrus, Jumat (17/12/2021).
Untuk diketahui, lokasi pabrik perusahaan pemurnian biji bauksit PT WHW berada dekat dengan sungai dan laut di kecamatan Kendawangan.
Mereka memiliki sejumlah rekanan atau kontraktor yang bekerjasama dengan perusahaan asing tersebut..
Mereka telah membuat sungai-sungai kecil (sungai buatan) yang arah alir airnya menuju ke sungai Tengar di Desa Mekar Utama kecamatan Kendawangan.
Nah, di sungai buatan inilah banyak terlihat perubahan warna air itu terjadi. Aliran air ini pun tak pelak sampai di sungai alam yakni sungai Tengar.
Sampai sejauh ini, belum ada pemeriksaan yang dilakukan oleh otoritas setempat terkait temuan LSM tersebut. (*/amad)
Comment