by

Delapan Puluh Tiga Tahun

Oleh: Mustafa *)

Terdapat satu malam yang nilainya lebih baik 1000 (seribu) bulan. Kalau dikonversi, kurang lebih 83 (delapan puluh tiga) tahun. Malam itu dinamakan lailatul qadr (malam kemuliaan), yang paling baik untuk beribadah. Jumlah nilai ibadah yang luar biasa pada malam kemuliaan (lailatul qadr) laksana beribadah 83 (delapan puluh tiga) tahun itu ada di bulan Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh telah datang kepada kalian bulan Ramadhan. Bulan yang penuh berkah. Di bulan ini ada terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan.” (HR. Ahmad dan Nasa’i).

Data-data teologis dan historis merekam kejadian itu yakni, dalam firman Allah SWT, “Sesungguhnya kami telah menurunkan (al-Qur’an) pada lailatul qadr. Tahukah kamu apakah malam lailatul qadr itu? Lailatul qadr itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahterahlah (malam) itu sampai terbit fajar.” (QS. al-Qadr/97: 1-5). Malam yang mulia dan penuh barakah, sehingga tidak ada bagi umat manusia yang meragukan dan membantah atau bahkan mendustakannya.

Term Lailatul qadr bermakna takdir (penentuan) dan tadbir (pengaturan). Bisa juga dimaknai sebagai kemuliaan dan kedudukan. Kedua makna ini sejalan dengan sebuah peristiwa yang agung dalam sejarah kehidupan manusia, yakni peristiwa diturunkan al-Qur’an. Menurut Sayyid Qutb dalam Tafsir Fii Zhilalil Qur’an, menyebutkan bahwa, “Tidak ada yang lebih agung dari peristiwa ini dalam penunjuknya tentang penentuan dan pengaturan dalam kehidupan seorang hamba.”

Ibadah secara kualitas dan kuantitas ada peningkatan nilai amaliah pada malam itu yang sangat signifikan. Inilah keutamaan yang dikaruniakan Allah SWT, bagi umat Islam. Karena itu, sungguh beruntung bila seorang hamba mengisi malam itu penuh dengan ibadah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar Juz 30, menjelaskan ayat “…khairum min alfi syahr”. (QS. al-Qadar/97: 3) bahwa keutamaan malam kemuliaan (lailatul qadar) sama dengan 1000 (seribu) bulan. Lebih daripada 83 (delapan puluh tiga) tahun.

Namun, tahukah kita kapan malam yang dimaksud? Ubadah Ibnush-Shamit berkata, “Nabi keluar untuk memberitahukan kepada kami mengenai waktu tibanya lailatul qadr. Kemudian ada dua orang laki-laki dari kaum muslimin yang berdebat. Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku keluar untuk memberitahukan kepadamu tentang waktu datangnya lailatul qadar, tiba-tiba si Fulan dan si Fulan berbantah-bantahan. Lalu, diangkatlah pengetahuan tentang waktu lailatul qadr itu, namun hal itu lebih baik untukmu. Maka dari itu, carilah dia (lailatul qadr) pada malam kesembilan, ketujuh, dan kelima.”

Dalam hadist lain disebutkan bahwa lailatul qadr ditentukan pada malam-malam ganjil dalam sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan, Rasulullah SAW bersabda, “Dari Ibnu Umar ra, sesungguhnya beberapa orang lelaki dari kalangan sahabat Nabi diperlihatkan dalam mimpinya bahwa lailatul qadr itu pada tujuh malam terakhir, maka Rasulullah SAW bersabda; saya diperlihatkan bahwa mimpimu itu benar yaitu tujuh malam terakhir, maka barangsiapa mau mencarinya hendaknya ia mencarinya pada tujuh malam terakhir.” (HR. Muttafaq Alaihi).

Rasulullah SAW bersabda; “Dari Aisyah ia berkata: Adalah Rasulullah SAW, apabila mulai masuk sepuluh hari terakhir dalam bulan Ramadhan, mengencangkan ikat pinggang, memperbanyak ibadah pada malam harinya dan membangunkan keluarganya untuk diajak bersama beribadah” (HR. Bukhari dan Muslim). Beliau juga mengajarkan kita untuk memperbanyak ibadah; tilawah Alqur’an, sholat sunnah, sedekah dan itikaf di masjid. Selain mendulang banyak kebaikan, kita juga dianjurkan untuk memohon ampun atas kesalahan dan maksiat yang telah dilakukan.

Khusu’ dalam berdoa, ikhlas hanya mengharap ridho-Nya, memohon ampunan kepada Allah. Harapan segala hajat diterima saat seseorang bertemu lailatul qadar, sesuai tuntunan Rasulullah SAW. dalam sabdanya: “Dari ‘Aisyah ra, beliau berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apabila aku mengetahui waktu lailatul qadar, apakah yang mesti aku ucapkan pada saat itu?” Beliau menjawab, “bacalah, Allahumma innaka ‘afuwwun, tuhibbul ‘afwa, fa’fu’anni (Yaa Allah sesungguhnya engkau Maha pemberi ampunan, suka memberi pengampunan, maka ampunilah diriku ini)” (HR. Imam Lima selain Abu Dawud. Hadits shahih menurut Tirmidzi dan Hakim).

Tentu kita semua berharap kepada Allah dengan rahmad-Nya dapat bertemu malam kemuliaan (lailatul qadr). Kita sadar telah banyak lalai dalam menapaki perjalanan usia ini, maka memohon ampunlah di malam itu dengan penuh iman dan keikhlasan, agar kita memperoleh keberuntungan. Sebab Allah yang Maha pemurah sangat menyayangi hamba-Nya, disediakannya malam yang penuh kemuliaan. Agar satu malam penuh ibadah, setara dengan ibadah selama 83 (delapan puluh tiga) tahun lamanya. Insya Allah. (**)

*) Penulis: Guru PAI Madrasah Aliyah Tarbiyatul Islamiyah Rantau Panjang Kab. Landak dan Sekretaris DPD Forum Komunikasi Orang Bugis (FKOB) Kota Pontianak.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed