Pontianak, Media Kalbar
Ribuan warga dari berbagai daerah memadati dermaga Masjid Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman dalam rangka perayaan Hari Jadi Ke-253 Kota Pontianak. Acara yang berlangsung malam minggu 26 Oktober 2024.di perairan Sungai Kapuas ini dikelola oleh panitia pelaksana yang menggelar berbagai rangkaian kegiatan menarik.
Acara ini menampilkan beragam pertunjukan seni dan budaya, termasuk tari-tarian, lagu-lagu senandung Melayu, serta drama kolosal berjudul “Peperangan Lanon dan Palsukan Sultan.” Drama ini dipentaskan oleh berbagai perguruan silat, termasuk Perguruan Pukul Tujuh Silat Kampung yang diasuh oleh Camat Sungai Kakap, Junaidi S. Sos, dan kepala desa se-Kecamatan Sungai Kakap.
Rusmika Djayusman, yang lebih dikenal sebagai Wakmeng, berperan sebagai Ketua Umum Perguruan Pukul Tujuh dan Guru Besar di perguruan tersebut.Selain itu, berbagai perguruan silat lainnya juga terlibat, seperti 16 Petapa, Cimande, Mutiara Pancarasa, Damdam, dan Merpati Putih.
Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk tokoh adat dan tokoh agama, Maharatu Suri Tanaya Ahmad, PJ Walikota Pontianak beserta istri, Kepala Dinas Kominfo, Kepala Bidang Pariwisata, Ketua KONI Kota Pontianak, pengurus LAM Kepri, serta kerabat Alqadrie dari Malaysia.
Ketua Panitia Milad ke-253, Syarif Hasan Basri Alkadrei, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk merayakan sejarah dan budaya Kota Pontianak sekaligus mempererat hubungan antarwarga. “Kami berharap perayaan ini dapat menjadi momentum bagi masyarakat untuk lebih mengenal dan mencintai budaya lokal,” ujarnya.
Dengan antusiasme tinggi dari peserta dan penonton, acara ini diharapkan dapat meninggalkan kesan mendalam dan memperkuat rasa kebersamaan di antara warga Kota Pontianak.
Firmansyah, yang dikenal sebagai Mas Bray, salah satu pemeran dalam drama kolosal “Peperangan Lanon dan Palsukan Sultan,” menyatakan bahwa pertunjukan ini mengisahkan sejarah berdirinya Kota Pontianak. Sekitar 60 orang dari berbagai elemen masyarakat dan perguruan silat terlibat dalam pementasan ini.”terangnya
“Drama ini adalah madah yang mengenang pahlawan kita. Saya sangat mengapresiasi karena ini adalah pertama kalinya pementasan dilakukan di atas kapal di Sungai Kapuas. Proses pembuatannya juga sangat cepat, tidak sampai satu bulan,” ungkap Mas Bray.
Umi, seorang warga dan pemeran pengawal Sultan, berbagi pengalamannya. “Hari ini terasa sukses meski ada rasa tegang karena banyak penonton. Semangat kami bersama pemain lain membuat pertunjukan ini menjadi sangat mengesankan,” katanya.
Sebagai penari lanon, Umi menambahkan bahwa perannya di panggung menciptakan suasana yang lebih seram. “Kami ingin menghadirkan nuansa seperti zaman dahulu. Meskipun ada rasa berdebar, penampilan kami sangat dinanti-nantikan, dan alhamdulillah, hari ini sukses,” ujarnya.
Aidah, pemeran lanon lainnya, merasa bahagia dengan hasil pertunjukan. “Kami mengalami berbagai perasaan saat latihan, tetapi saat melihat penonton, semuanya terasa berbeda. Pertunjukan ini benar-benar sukses, terutama ketika kami menampilkan adegan perkelahian,” tuturnya.
Dengan antusiasme tinggi dari penonton dan keberhasilan acara ini, diharapkan pertunjukan seperti ini dapat terus dilaksanakan untuk mengenang sejarah Kota Pontianak dan memperkuat rasa kebersamaan masyarakat.” Pungkasnya. (Mk/Ismail)
Comment