Pontianak, Media Kalbar – Ketua Satgas Informasi Bencana BPBD Kalimantan Barat, Daniel Sinyor, S.Pd., SE., mengingatkan seluruh masyarakat Kalbar untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang meningkat tajam memasuki bulan Juli 2025.
Berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim kemarau tahun ini akan mencapai puncaknya pada Juni hingga Agustus 2025. Data historis menunjukkan, Kalbar merupakan salah satu wilayah dengan jumlah titik panas (hotspot) tertinggi di Indonesia. Pada 2024, tercatat ada 271 hotspot, dengan Kabupaten Sanggau dan Kubu Raya menjadi daerah penyumbang titik panas terbanyak.
Berdasarkan pantauan cuaca dan kelembapan tanah dari BMKG, Kalbar masuk dalam status siaga hingga waspada karhutla untuk periode 2–8 Juli 2025. Wilayah dengan potensi kebakaran paling tinggi meliputi Ketapang, Kubu Raya, Mempawah, dan sebagian besar wilayah Pontianak—yang semuanya berada dalam kategori “sangat mudah terbakar” pada 2 dan 3 Juli.
“Situasi ini tidak bisa dianggap enteng. Hampir seluruh wilayah Kalbar pada awal Juli berada dalam kondisi sangat mudah terbakar. Kami minta masyarakat tidak membuka lahan dengan cara dibakar, apalagi dalam kondisi angin kencang,” tegas Daniel.
Pada 4–5 Juli, potensi karhutla diperkirakan meluas ke wilayah pesisir dan bagian selatan Kalbar. Meskipun tren diprediksi mulai membaik pada 6–8 Juli, namun daerah pesisir barat dan selatan tetap tergolong rentan.
BPBD Kalbar telah menyiagakan personel dan peralatan pemadaman di titik-titik rawan. Koordinasi intensif juga dilakukan bersama TNI, Polri, Manggala Agni, dan masyarakat peduli api (MPA).
Daniel mengingatkan bahwa pembakaran lahan secara sembarangan bukan hanya membahayakan ekosistem dan kesehatan masyarakat, tetapi juga dapat dikenai sanksi hukum. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup secara tegas melarang pembakaran hutan dan lahan, dengan ancaman pidana dan denda yang tidak ringan.
“Langkah kecil seperti tidak membuang puntung rokok sembarangan di lahan kering, atau tidak menyalakan api unggun di kawasan terbuka, bisa menyelamatkan ratusan hektar hutan kita,” ujar Daniel. (Rai)
Comment